Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Puasa & Lebaran, Tekanan Inflasi di DKI Jakarta Meningkat

Memasuki bulan Ramadhan, tekanan inflasi DKI Jakarta meningkat meski tetap terkendali.
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Memasuki bulan Ramadan, tekanan inflasi DKI Jakarta meningkat meski tetap terkendali.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Trisno Nugroho mengatakan tekanan inflasi lebih disebabkan oleh meningkatnya harga makanan jadi, dan perlengkapan rumah tangga. Sementara itu, kenaikan harga untuk bahan pangan, transportasi, dan sandang relatif normal, bahkan cenderung lebih rendah dari pola historisnya.

"Inflasi bulan Mei 2018 mencapai 0,45% [mtm], sejalan dengan inflasi rata-rata satu bulan sebelum bulan Lebaran dalam tiga tahun terakhir. Namun, inflasi di DKI Jakarta pada bulan Mei 2018 relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 0,21% [mtm]," katanya, Selasa (5/6/2018).

Dengan perkembangan tersebut, dia menuturkan laju inflasi DKI Jakarta sejak awal tahun tercatat sebesar 1,41% (ytd) atau 3,28% (yoy)

Dari sisi disagregasi, naiknya harga sebagian besar kelompok inti menjadi faktor utama pendorong inflasi Mei 2018. Meningkatnya harga komoditas yang tergabung pada kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, menjadi pendorong utama kenaikan inflasi inti.

Harga-harga makanan jadi di Ibu Kota, yang di dalamnya termasuk harga mi, bubur dan makanan ringan, meningkat sebesar 0,85% (mtm).

"Sementara itu, dari kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, naiknya harga beberapa perlengkapan rumah tangga sebesar 2,76% [mtm] serta harga baju muslim wanita 12,02% [mtm], turut menambah tekanan inflasi inti," imbuhnya.

Dijelaskan, inflasi Mei juga dikontribusikan oleh naiknya beberapa komoditas pada kelompok administered prices. Adanya beberapa hari libur pada bulan Mei 2018, mendorong meningkatnya permintaan masyarakat untuk jasa transportasi, terutama angkutan udara, untuk keperluan berlibur ke luar kota. Hal ini tercermin dari tarif angkutan udara yang mengalami kenaikan sebesar 3,44% (mtm).

Penyesuaian harga juga terjadi pada komoditas rokok, menyusul kenaikan tarif cukai rokok yang ditetapkan sejak awal tahun 2018.

Kenaikan harga juga terpantau pada beberapa komoditas yang tergabung dalam kelompok volatile food. Memasuki bulan Ramadhan, harga telur ayam naik sebesar 8,89% (mtm), seiring tingginya permintaan telur sebagai bahan baku membuat kue untuk keperluan Ramadhan.

"Komoditas pangan lain yang terpantau mengalami kenaikan akibat naiknya permintaan adalah daging ayam ras 5,77% [mtm]," ujarnya.

Namun, terdapat beberapa harga bahan pangan yang mengalami penurunan harga, seperti beras dan cabai merah, yaitu masing-masing turun sebesar 1,41% (mtm) dan 8,05% (mtm). Penurunan indeks harga komoditas-komoditas tersebut menjadi penahan laju inflasi volatile food DKI Jakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper