Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi DKI Terseret Penurunan Pertumbuhan Sektor Andalan

Bisnis.com, JAKARTA—Perlambatan pertumbuhan sektor keuangan, properti, jasa perusahaan, dan industri pengolahan menjadi penyumbang turunnya pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.

Bisnis.com, JAKARTA—Perlambatan pertumbuhan sektor keuangan, properti, jasa perusahaan, dan industri pengolahan menjadi penyumbang turunnya pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, kontribusi kedua sektor tersebut menurun 0,2% year-on-year (yoy) pada kuartal II/2013 sehingga pertumbuhan ekonomi Ibu Kota melambat menjadi 6,3%, dari sebelumnya 6,5% pada kuartal I/2013.

Sarman Simanjorang, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI), menilai laju pertumbuhan sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan secara umum masih relatif stabil, meski pada kuartal II/2013 mengalami sedikit perlambatan.

“Walau turun sedikit, pertumbuhan sektor ini di Jakarta masih luar biasa,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Minggu (4/8/2013).

Data BPS DKI menunjukkan pada kuartal II/2013, laju pertumbuhan sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan tercatat sebesar 5,4% yoy, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian pada kuartal I/2013 sebesar 5,7% yoy.

Namun dalam struktur produk domestik regional bruto (PDRB) DKI, komposisi sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan menjadi yang terbesar.

Pada tahun lalu, komposisi sektor ini mencapai 27,7% terhadap total PDRB DKI berdasarkan jenis lapangan usaha. Akibatnya, pergerakan di sektor ini akan memberikan pengaruh paling besar terhadap laju pertumbuhan ekonomi.

Kendati demikian, Sarman menilai prospek bisnis sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan masih sangat bagus ke depannya. Menurutnya, Jakarta akan terus menuju dan mengembangkan diri sebagai kota perdagangan dan pusat bisnis. Bisnis properti, menurut Sarman, juga masih sangat berpotensi tumbuh pesat di Ibu Kota.

Di sisi industri pengolahan, Sarman mengatakan perlambatan di sektor industri terjadi karena iklim perburuhan di wilayah Ibukota saat ini tidak bersahabat, terutama terkait besaran upah minimum provinsi (UMP).

“Dulu, kenaikan UMP per tahun 10%-15%, kemudian 2011 ke 2012 [sebesar] 28%, tapi dari 2012 ke 2013 [sebesar] 44%. Ini jadi kendala dan pertimbangan bagi calon investor,” katanya.

Sarman mendesak agar pemprov DKI segera mengendalikan laju pergerakan UMP agar tidak terlalu liar sehingga tidak merusak rencana bisnis para investor, khususnya investor yang ingin berinvestasi jangka panjang.

Sektor industri pengolahan juga memberikan sumbangan yang besar terhadap PDRB DKI Jakarta. Pada tahun lalu, komposisi sektor ini dalam PDRB DKI mencapai 15,6% dan menjadi penyumbang ketiga terbesar.

 

 

 

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hedwi Prihatmoko
Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper