2. Penuh kenangan
Rohani tak menyangka kehidupannya selama 60 tahun di Kampung Pulo harus berakhir dengan tragis. Ibu empat anak yang lahir dan besar di bantaran Kali Ciliwung tersebut tak bisa menahan emosi kala melihat alat eskavator menghancurkan rumah miliknya.
"Saya sedih sekali dengan insiden yang terjadi di jalan pagi ini. Kami memang tak punya sertifikat resmi, tetapi pemerintah harusnya bisa merasakan kondisi yang kami alami. Saya bangun rumah ini dengan keringat saya sendiri, sekarang hancur rata dengan tanah," ujarnya sembari mengelap air matanya dengan selembar tissue.
Kepada Bisnis, Rohani bercerita bahwa dia memiliki kedekatan khusus dengan warga Kampung Pulo. Meski sering kali rumahnya terendam luapan kali Ciliwung, dia mengaku menjalani susah-senang bersama warga sekitar. Tak jarang, mereka saling membantu untuk mengangkut barang-barang ke atas atap ketika banjir melanda.
Namun, hal tersebut kini tinggal kenangan. Rohani bersama suami dan keempat anaknya memutuskan untuk mengambil kunci rusunawa Jatinegara sebelum Idul Fitri. Sejak itu, dia dan keluarganya mulai memindahkan harta benda ke tempat tinggal baru yang diklaim pemerintah lebih manusiawi.
Meski sudah pindah ke rusunawa Jatinegara, dia mengaku tak puas atas keputusan Pemprov DKI yang tak mengganti sepeserpun atas nilai bangunan yang kini telah hancur.
"Rumah saya luasnya 186 m2. Itu habis semua sekarang. Pemerintah hanya mengganti dengan rusun seluas 35 m2. Kami diwajibkan bayar sewa Rp300 ribu per bulan. Untuk saya yang memiliki 6 anggota keluarga mana cukup? Saya harus mengontrak rumah di Kampung melayu yang harga sewanya Rp600 ribu per bulan," paparnya.