Bisnis.com, TANGSEL - Omzet jasa pijat tuna netra di wilayah Tangerang Selatan anjlok 50% karena dampak melemahnya perekonomian nasional mengakibatkan daya beli sejumlah warga menurun.
Ahmad Aaf, pemijat tuna netra di Jl Juanda Ciputat, Tangsel, mengatakan dirinya dan beberapa kawan seprofesi sebagai tukang pijat tuna netra di Tangsel dan daerah sekitarnya mengalami penurunan omzet yang cukup besar.
“Sekarang ini hanya melayani rata-rata 4-5 pasien per hari, jauh di bawah tahun lalu hingga awal tahun ini yang mencapai rata-rata 8-10 pasien per hari,” katanya Selasa (17/11/2015).
Menurutnya, jika sebelumnya pasien yang datang pada setiap hari libur Sabtu dan Minggu bisa mencapai 10 orang per hari, sekarang ini tidak ada bedanya jumlah pasien yang datang pada hari libur maupun hari kerja.
Dia mengatakan penurunan jumlah pasien paling panyak dari kalangan mahasiswa, kemudian disusul para pekerja dengan penghasilan rendah karena mereka harus pandai-pandai berhemat dalam situasi ekonomi yang memberatkan mereka.
Sedangkan pasien dari kalangan orang mampu secara ekonomi, lanjutnya, justru banyak yang berlaih ke tempat pijat tradisional atau pijat refleksi, yang dilayani para pemijat dengan panca indra yang normal, bukan tuna netra.
“Apalagi banyak tempat pijat tradisional itu yang mempekerjakan cewek-cewek cantik dan cowok-cocok yang cakep. Jadi makin banyak deh saingan kami, yang membuat kami kehilangan sumber mata pencaharian,” tegasnya.
Saputra, pemijat tuna netra, mengatakan sudah 4 bulan ini beralih profesi menjadi penjualan kerupuk Palembang berkeliling kampung, karena jumlah pasien pijatnya semakin berkurang sementara biaya hidupnya terus melonjak.
“Terpaksa kami jadi tukang jual kerupuk keliling, karena pasien pijat semakin sepi. Tetapi, penghasilannya juga lumayan, karena ternyata banyak pembeli iba yang membeli satu bungkus, bayarnya senilai dua bungkus,” tegasnya.