Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pariwisata Bogor: Siapa Berminat Investasi?

Shahlan sadar betul potensi wisata yang dimiliki Kota Bogor bukan satu dua. Tetapi ada sejumlah sektor wisata mulai dari kuliner, edukasi, sejarah, agribisnis, wisata belanja, hingga wisata alam yang selama ini menjadi magnet pendapatan asli daerah (PAD) Kota Hujan itu.
Pusat kuliner Gang Selot di Kota Bogor/Istimewa
Pusat kuliner Gang Selot di Kota Bogor/Istimewa

Bisnis.com, BOGOR- Mimpi Shahlan Rasyidi tak pernah pudar untuk selalu mengembangkan sektor pariwisata di Kota Bogor. Sebagai Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dia terus memutar otak untuk menarik wisatawan asing dan dan domestik.

Shahlan sadar betul potensi wisata yang dimiliki Kota Bogor bukan satu dua. Tetapi ada sejumlah sektor wisata mulai dari kuliner, edukasi, sejarah, agribisnis, wisata belanja, hingga wisata alam yang selama ini menjadi magnet pendapatan asli daerah (PAD) Kota Hujan itu.

Selama ini, Kota Bogor memang dikenal dengan beberapa tujuan wisata seperti Kebun Raya, kawasan Istana dan wisata sejarah lainnya. Tapi Shahlan tampaknya ingin lebih dari itu. Dia terus menggali potensi wisata di kota itu.

Wisata Situ Gede di kawasan Bogor Barat dan Situ Panjang Ciampea, kata Shahlan menjadi salah satu prioritas pengembangannya saat ini. Selain itu, kawasan Surya Kencana yang selama ini dikenal sebagai salah satu pusat kuliner Bogor masuk dalam daftar pengembangan.

"Bahkan kami ingin di setiap wilayah di Kota Bogor dibangun pusat wisata kulinernya, agar wisatawan datang ke Bogor bisa bawa oleh-oleh khas," ujarnya pada Bisnis.com, Selasa (29/11/2016).

Mengembangkan wisata Kota Bogor menggunakan anggaran daerah secara keseluruhan, tutur Shahlan, adalah hal mustahil seiring dengan keterbatasan anggaran. Dengan demikian dia berharap adanya campur tangan pihak ketiga untuk mengembangkan sektor wisata di Bogor.

Dia memberi contoh untuk menawarkan Situ Gede untuk dikelola bekerja sama dengan pihak swasta bukan tidak pernah dilakukan, tetapi hingga saat ini belum ada investor yang berminat. Begitu juga dengan sektor wisata lainnya.

Ada beberapa alasan tidak tertariknya investor menanamkan modalnya di sektor pariwisata, salah satunya adalah perkara infrastruktur yang sulit diakses untuk masuk ke sejumlah lokasi termasuk Situ Gede. Begitu pula dengan lokasi Surya Kencana.

"Selama masih ada pedagang kaki lima (PKL) yang tidak bisa diatur di kawasan Surya Kencana, investor akan susah masuk. Dan lahan parkir yang terbatas juga saat ini menjadi alasan lainnya," ungkapnya.

Toto Miftahul Ulum, Kepala Bappeda Kota Bogor, menuturkan pihaknya saat ini tengah mematangkan aturan rencana tata ruang dan wilayah dengan kalangan dewan.

Dia juga bermimpi ingin membangun kawasan wisata lebih banyak lagi di wilayah Bogor Barat, Bogor Selatan dan Bogor Utara. Selain itu, pihaknya akan bersinergi dengan Kabupaten Bogor karena sebagian besar destinasi wisata berada di kabupaten.

“Kami harapkan pembangunan sektor pariwisata yang ditawarkan bisa menarik minat investor untuk menanamkan modal dalam mengembangkan destinasi wisata sesuai keinginannya,” katanya.

Penghayal

Ade Sarip Hidayat, Sekretaris daerah Kota Bogor, mengatakan bahwa Shahlan dan Toto adalah tipe seorang 'penghayal' yang berdampak positif terhadap pembangunan kotanya selama ini. Ternyata, mimpi-mimpi itu selama ini cukup berpengaruh terhadap realisasi PAD.

Tak tanggung-tanggung, Pemkot Bogor, kata Ade memproyeksikan menjadi kota niaga jasa ternyaman pada 2025. Hal itu dipicu oleh perolehan PAD tahun lalu yang menggembirakan dari sektor pariwisata dengan menyumbang angka 28%. Adapun, tahun depan Pemkot Bogor memasang target PAD Rp721 miliar.

"Mimpi menjadikan Bogor kota jasa ternyaman hanya bisa terwujud jika ada kolaborasi dengan para investor karena membangun pariwisata tidak mungkin hanya andalkan APBD," paparnya.

Dalam catatannya, hingga 2015, wisatawan asing yang berkunjung ke Kota Bogor mencapai 208.841 orang. Sementara wisatawan domestik mencapai 3,59 juta orang. Dari kunjungan wisatawan tersebut, lanjutnya, secara otomatis ada pemasukan terhadap PAD Kota Bogor.

Namun, Ade mengakui keterbatasan manajemen, fasilitas, pemasaran dan atraksi wisata di Kota Bogor masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Oleh karena itu, sinergitas Pemkot Bogor dengan pihak swasta diharapkan menjadi solusi.

Dia mengklaim, para investor yang tertarik di sektor pariwisata Bogor akan dimudahkan dalam perizinan, seiring sudah diterapkannya 30 perizinan online dari total 60 perizinan yang ada di Bogor.

Sementara itu, Kepala Divisi Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Dudi Dermawan Saputra optimistis sektor pariwisata di Kota Bogor akan berkembang seiring kepemimpinan dan sumber daya manusia di kota tersebut dinilai visioner.

Saat ini, kata dia, kawasan Bogor Raya menjadi daerah tujuan investasi di Jawa Barat setelah Bekasi, Karawang, dan Bandung. "Potensi Bogor akan jauh lebih positif dari sektor pariwisata dan pembangunnya lebih menunjang di level nasional," paparnya.

Menurutnya, Bogor memiliki kekuatan di sektor finansial yang cukup tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Barat. Bank Indonesia mencatat dana pihak ketiga (DPK) yang bergerak di Bogor mencapai 10%.

Angka tersebut dinilai positif meskipun uang yang ada sebagian besar mengendap di bank. Padahal, kata dia, alangkah baiknya apabila warga Bogor memanfaatkan uang tersebut untuk diinvestasikan, termasuk di sektor pariwisata.

Adapun, sambung dia, tingkat kredit bermasalah di Bogor mencapai 3,86% atau lebih tinggi dibandingkan dengan Bandung 3,04% yang berdampak pada tingginya angka inflasi di Bogor. Oleh karena itu dikhawatirkan dapat mengganggu terhadap rencana Pemkot Bogor dalam menggenjot sektor pariwisata.

Dudi mengingatkan dari sejumlah kekuatan Kota Bogor untuk mengembangkan pariwisata, ada beberapa hal yang harus dibenahi oleh Pemkot Bogor. Salah satunya adalah persoalan kemacetan.

Dia membenarkan Bogor salah satu termasuk kota termacet di dunia menurut hasil survei aplikasi Waze. Padahal, kemacetan merupakan faktor penghambat berkembangnya pariwisata daerah.

"Saya yakin apabila Pemkot Bogor berhasil meminimalisir angka kemacetan, maka kunjungan wisatawan bisa meningkat hingga 50%. Wisatawan asing bisa tembus 500.000 orang dan wisatawan domestik bisa tembus 7,5 juta per tahun," paparnya.

Sementara itu, Ketua Tim Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan (TP4) Kota Bogor Yayat Supriatna menegaskan bahwa Bogor harus punya branding khusus pariwisata.

Menurutnya, ikon Kota Bogor yakni Tugu Kujang belum menjadi branding kota bagi keseluruhan warga Bogor dan wisatawan. Selain itu, Pemkot Bogor dan jajaran dinas terkait dipaksa untuk berpikir kreatif menciptakan produk out of the box di sektor pariwisata.

"Saya hanya tegaskan berpikir kreatif adalah hal terbesar, selain itu harus ada komitmen, karena kalau wisata di Bogor dikembangkan tapi komitmennya tidak dijaga, ya bagaimana," tukasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Miftahul Khoer
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper