Bisnis.com, JAKARTA--Momentum ramadan dan lebaran diharapkan bisa menjadi salah satu pemicu pertumbuhan ekonomi di Jakarta pada kuartal II/2017 atau mampu melebihi kuartal sebelumnya.
Pada kuartal I/2017, pertumbuhan ekonomi di Jakarta mencatatkan angka yang signifikan mencapai 6,48%, jauh dari ekspektasi banyak kalangan yang memprediksi di angka 5,4%-5,8%.
Pertumbuhan ekonomi di Ibu Kota tersebut digadang-gadang menjadi keberhasilan daerah dan bank sentral serta otoritas lainnya yang mengklaim tertinggi dalam empat tahun terakhir atau sejak 2013.
Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan pertumbuhan ekonomi kuartal I/2017 di DKI memang lebih baik dibandingkan dengan sepanjang 2016 yang hanya 5,8%.
Dia mengatakan beberapa faktor yang mendorong peningkatan ekonomi triwulan pertama 2017 tersebut adalah dimotori oleh sektor perdagangan dan penjualan kendaraan yang mencapai sekitar 16,5%.
Belum lagi, kata dia, industri pengolahan, jasa keuangan, asuransi dan kontruksi yang pertumbuhannya hampir mencapai 13% dan sektor lainnya mampu menjadikan pertumbuhan ekonomi di Jakarta pada kuartal pertama menggemberikan.
Baca Juga
"Jika melihat tren, kuartal kedua ini akan lebih tinggi atau paling tidak akan hampir sama di kisaran 6,4% sekian dengan kuartal pertama," ujarnya kepada Bisnis, Senin (3/7).
Dia menuturkan pada kuartal kedua ini diharapkan pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi karena pengaruh ramadan dan lebaran sebagai siklus tahunan mampu meningkatkan daya beli masyarakat.
"Karena kan siklus ekonomi nasional juga begitu. Banyak belanja dan pulang kampung. Belum lagi faktor wisman bertambah, ekspor naik. Jadi secara logis pasti kuartal kedua ini akan naik," katanya.
Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia DKI Sarman Simanjorang menuturkan pergerakan ekonomi di Jakarta dalam triwulan kedua tahun ini akan tidak jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya.
Menurutnya, faktor Pilkada DKI memang berpengaruh besar terhadap perekonomian di Jakarta kuartal pertama. Namun, triwulan kedua juga banyak pemicu yang bisa menggerakan perekonomian di Ibu Kota.
"Selain ramadan dan lebaran, ada faktor lain yang memicu membaiknya perekonomian di Jakarta yakni serapan anggaran dari pemerintah yang sudah mulai dilakukan," paparnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik DKI Thoman Pardosi mengatakan pihaknya tengah menghitung pertumbuhan ekonomi di Jakarta sepanjang kuartal II/2017.
Dia mengatakan potensi pertumbuhan ekonomi di Jakarta membaik bisa dilihat dari penaikan ekspor, pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara serta konsumsi.
"Kami belum tahu arahnya seperti apa. Tetapi ada banyak faktor yang akan memicu pertumbuhan ekonomi DKI membaik meskipun arahnya kami belum tahu. Bulan depan baru ketahuan," paparnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Doni Joewono mengatakan pihaknya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi DKI pada kuartal II/2017 justru berada di bawah realisasi kuartal sebelumnya.
Menurut dia, perputaran uang untuk lebaran justru lebih banyak dihabiskan penduduk DKI di luar Jakarta atau adanya distribusi pendapatan selama kuartal kedua tersebut.
"Kuartal I/2017 mengapa membaik karena adanya pilkada serentak. Sementara untuk kuartal kedua ini kami estimasikan pertumbuhan ekonomi ada di angka 6,2%," katanya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Biro Perekonomian Pemprov DKI Sri Haryati menuturkan pihaknya telah menggenjot penyerapan anggaran dan meningkatkan sektor perdagangan terutama industri kreatif di Jakarta.
Hal tersebut dilakukan sebagai upaya meningkatkan perekonomian yang saat ini telah disusun blue print dengan banyak menggandeng instansi untuk dikerjasamakan dengan Pemprov DKI.
"Selain memacu serapan anggaran, kami juga setiap bulan terus berupaya untuk menekan inflasi yang secara tidak langsung bisa berdampak positif terhadap daya beli masyarakat Jakarta," katanya.
Dia menambahkan, inflasi pada Juni tahun ini mencapai 0,46% atau lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 0,49%.