Bisnis.com, JAKARTA- Pemerintah Provinsi DKI diharapkan bisa lebih menggenjot belanja daerah sepanjang tahun ini sebagai upaya memperbaiki kondisi perekonomian di Jakarta.
Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan pertumbuhan ekonomi Jakarta mengalami pelambatan tetapi masih jauh lebih baik daripada ekonomi nasional.
"Ke depan yang perlu diwaspadai adalah bagaimana menggenjot belanja pemerintah agar pelambatan ekonomi tidak terulang di tahun mendatang," ujarnya pada Bisnis, Rabu (9/8).
Berdasarkan laporan Bank Indonesia Perwakilan DKI, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II/2017 melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya, dan lebih rendah dari prakiraan Bank Indonesia.
Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh pelemahan kinerja ekspor dan impor, serta belanja pemerintah yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan tersebut turun menjadi 5,96% (yoy) dari 6,45% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Dendi memaparkan pelemahan kinerja ekspor DKI Jakarta tidak terlepas dari perkembangan pasar luar negeri untuk produk ekspor utama Jakarta seperti kendaraan bermotor dan perhiasan yang belum sejalan dengan perbaikan kondisi ekonomi global secara umum.
Baca Juga
Menurutnya, kinerja ekspor memang tergantung permintaan pasar luar negeri, tetapi upaya peningkatan daya saing harus terus diupayakan.
Dia memperkirakan sektor industri pengolahan, konstruksi dan perdagangan besar dan eceran-reparasi mobil dan motor pada sepanjang tahun ini akan tumbuh tinggi.
Sementara itu, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri DKI Sarman Simanjorang mengatakan kinerja ekspor pada triwulan II/2017 terganjal dengan adanya pelarangan lalu lintas truk pengangkut logistik selama momentum lebaran.
"Ada beberapa hari pelarangan arus lalu lintas truk muatan barang tidak boleh melintas di jalan-jalan utama yang berdampak pada kinerja ekspor di DKI," paparnya.
Dia berharap ekonomi di Jakarta pada dua triwulan ke depan bisa lebih bertumbuh seiring tingkat edukasi keuangan masyarakat dinilai sudah lebih baik.
Namun, kata dia, yang harus manjadi pekerjaan rumah adalah memperbaiki daya beli masyarakat yang hingga saat ini belum mengalami perbaikan.
Menurutnya, pemerintah harus mencermati kondisi daya beli masyarakat yang cenderung menurun selama triwulan II/2017.
"Jika pada September ke depan daya beli masyarakat masih tetap menurun, berarti harus segera disikapi karena akan berdampak terhadap konsumsi rumah tangga," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS DKI Rudiansyah memaparkan indikator perkembangan ekonomi konsumen atau indeks tendensi konsumen (ITK) pada triwulan III/2017 diperkirakan berada di level 102,27 atau lebih rendah dibandingkan pada triwulan II/2017 yang mencapai 116,97.
ITK merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan serta kondisi pada triwulan mendatang.
Menurutnya, perlambatan ITK pada triwulan III/2017 dibandingkan triulan II/2017 tersebut merupakan siklus yang terjadi setelah pada triwulan sebelumnya konsumsi masyarakat DKI mencapai level cukup tinggi.