Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melakukan ground breaking pembangkit listrik tenaga sampah pada akhir bulan ini di tempat pembuangan sampah terpadu Bantargebang.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno menjelaskan sampai saat ini, sampah masih dianggap sebagai barang yang menggangu.
Akan tetapi, bila diolah secara benar maka sampah tersebut akan menjadi komoditas yang menguntungkan. Selain itu, pemanfaatan sampah ini bisa menghadirkan nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar.
"Saya baru lihat di beberapa kota yang lebih maju, kalau dikelola dengan baik justru bisa menjadi sumber penghidupan," kata Sandi, Jumat (9/3/2018).
Menurutnya, sampah di negara-negara maju telah dimanfaatkan sebagai destinasi wisata, bahkan sumber energi baru. Kendati demikian, investasi terhadap pengelolaan sampah yang terbilang mahal menjadi salah satu penyebab utama beberapa pelaku industri enggan berinvestasi pada sektor tersebut.
Lebih lanjut, dia menambahkan dengan melihat potensi sampah yang bisa diolah menjadi sumber energi, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta pada Desember tahun lalu menandatangani nota kesepahaman dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk membangun pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) pada tahun ini di tempat pembuangan sampah terpadu (TPST), Bantargebang, Bekasi.
Baca Juga
"Ada beberapa inisiatif untuk menciptakan lapangan kerja seperti sektor waste to energy yang akan diresmikan [ground breaking] nanti pada 21 Maret 2018 dengan BPPT," katanya.
Dia menambahkan pelaksanaan terhadap nota kesepahaman ini sempat tertunda-tunda. Bahkan, pihak BPPT dan Pemprov DKI saat ini masih melakukan survei lapangan seperti penempatan pipa-pipa gas.
Kendati demikian, Pemprov DKI menargetkan bila fasilitas ini dapat segera diresmikan pada tahun ini bila tidak ada kendala.
Seperti diketahui, fasilitas ini merupakan jawaban terhadap permasalahan yang kerap terjadi dengan sistem pengelolaan sampah secara sanitary landfill.
Adapun, sanitary landfill adalah sistem pengelolaan dan pemusnahan sampah dengan cara membuang dan menumpuk sampah di lokasi cekung, memadatkannya, dan kemudian menimbunnya dengan tanah.
Hal ini bisa menimbulkan masalah seperti masalah di Jakarta yang kekurangan lahan bagi tempat pembuangan akhir.
Selain itu, diharapkan dengan pembangunan fasilitas pengelolaan sampah ini bisa menjadi solusi masalah Ibu Kota yang memproduksi sebanyak 7.000 ton perhari.
"7.000 ton ini menjadi pekerjaan rumah terbesar bagi warga Ibu kota. Kita harus kerja sama antara Pemprov DKI, Pemerintah Bekasi, dan warga sekitar [mengelola sampah," imbuhnya.