Bisnis.com, JAKARTA -- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia menilai pasar hotel berbintang di ibu kota tergerus platform daring penyedia jasa akomodasi berbiaya murah seperti Airbnb.
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke ibu kota pada Maret 2018 naik 20,25% menjadi 244.612 orang dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebanyak 203.418 orang. Adapun secara year-on-year (yoy) terjadi pertumbuhan 10,37% dari sebelumnya sebanyak 221.620 orang.
Namun, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) justru turun 0,66% menjadi 61,77% pada Maret 2018 dibandingkan bulan sebelumnya yang sekitar 62,43%. Okupansi Maret 2018 juga lebih rendah 2,48% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi B Sukamdani menjelaskan data yang dihimpun oleh BPS DKI Jakarta ini merupakan jumlah okupansi yang berada di hotel konvensional. Sementara itu, jumlah riil wisman atau wisatawan Nusantara (wisnus) yang memesan jasa akomodasi seperti hotel atau hunian sewaan jauh lebih banyak dibandingkan data yang terkumpul.
Pasalnya, pemesanan hotel secara online (daring) dari perusahaan penyedia hunian sewaan seperti Airbnb belum terdata dengan baik.
"Tidak ada data pasti [suplai kamar] di DKI Jakarta. Namun, secara nasional pada 2016 mereka [Airbnb] pernah membuat siaran pers bahwa kamarnya mencapai 43.700 unit, terbanyak ada di Bali," sebutnya kepada Bisnis, Rabu (2/5/2018).
Hariyadi menduga ada penambahan suplai kamar dari Airbnb mengingat laju pertumbuhan bisnis perusahaan penyedia hunian sewaan ini sebesar 72% per tahun. PHRI memproyeksi akan ada 45.000 penambahan suplai kamar oleh Airbnb hingga beberapa tahun mendatang.
"Saya menduga okupans tergerus oleh Airbnb," imbuhnya.
Konsep Airbnb disebut berbeda dengan penyedia hotel secara daring seperti Airy Rooms yang hanya berupa booking engine dan bisa dideteksi keberadaannya. Adapun Airbnb memiliki model bisnis sharing economy yang tidak memiliki plang nama.
Untuk itu, PHRI menjalankan berbagai strategi untuk menggaet calon pelanggan seperti program Visit Wonderful Indonesia, Jakarta Weekend Hot Deals, dan berbagai tawaran lainnya.
Kendati demikian, PHRI mengklaim kinerja sektor ini masih terbilang baik. Bahkan, pada semester I/2018 diperkirakan lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu.