Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Diprediksi Minus 0,5 Persen pada Akhir Tahun

Angka pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang konservatif tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional, yang juga diperkirakan berada pada kisaran itu.
Pengunjung beraktivitas di taman Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Kamis (13/12/2018)./ANTARA-Dhemas Reviyanto
Pengunjung beraktivitas di taman Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Kamis (13/12/2018)./ANTARA-Dhemas Reviyanto

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta memproyeksikan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada 2020 bakal minus 0,5 persen sebagai buntut dari krisis pandemi Covid-19.

“Proyeksi kami secara konservatif kemarin pada 2020 masih positif, ini kami baru dapat informasi dari BPS pertumbuhannya minus 8,2 persen di mana di kuartal I dan kuartal II masih positif lima persen tetapi secara keseluruhan pada 2020 dengan tim Indef melakukan proyeksi pertumbuhan ekonomi ini menjadi minus 0,5 persen,” kata kepala Bappeda DKI Nasruddin Djoko Surjono dalam unggahan video Youtube Pemprov DKI Jakarta.

Keterangan itu disampaikan dalam rapat pimpinan gubernur ihwal perkembangan revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau RPJMD DKI 2017-2022 pada 7 Agustus 2020 lalu. Video baru diunggah pada Jumat (14/8/2020).

Ihwal proyeksi itu, Djoko beralasan, angka konservatif tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang juga diperkirakan berada pada kisaran itu.

“Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi pada 2021 bakal naik menjadi 5,05 persen dan menjadi 5,85 persen pada 2022,” ujarnya.

Ihwal realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta, menurut dia, diproyeksikan sebesar Rp47 hingga Rp58 triliun.

“Lalu realisasi APBD pada 2021 senilai Rp69 triliun dan Rp73 hingga Rp75 triliun pada 2022,” kata dia.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah mengkaji kembali Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun anggaran 2020 untuk menaikkan proyeksi pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 28 triliun.

Langkah itu diambil untuk menyesuaikan tren kenaikan PAD yang berangsur membaik pada triwulan ketiga atau setelah diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi fase I pada 5 Juni lalu.

“Seiring dengan pergerakan PSBB transisi ada tren kenaikan dari sisi pendapatan maka proyeksi PAD yang lebih konservatif di angka 26 trilun pada tahun ini, tetapi kita berharap menuju di angka 28 triliun,” kata Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) DKI Jakarta Jimmi Pardede kepada Bisnis melalui sambungan telepon pada Selasa (11/8/2020).

Jimmi menuturkan realisasi penerimaan pajak per 10 Agustus sudah mencapai 15,1 triliun atau sudah di posisi 30,29 persen. Padahal, menurut dia, realisasi penerimaan PAD per 30 Juni itu masih 11,5 triliun atau 23,06 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper