Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan pasokan pangan dan harga tetap terjaga menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2021.
Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi DKI Jakarta, Sri Haryati menuturkan kepastian itu didasarkan pada data inflasi DKI Jakarta yang relatif rendah sampai dengan November 2020.
Sri menerangkan data inflasi selama tahun berjalan atau year to date (ytd) sebesar 1,32 persen atau secara tahunan sebesar 1,66 persen (yoy).
“Dengan capaian demikian, pada akhir tahun 2020 inflasi Jakarta diperkirakan lebih rendah dari capaian tahun lalu [3,23 persen yoy], dan diperkirakan berada di bawah kisaran sasaran inflasi nasional sebesar 3 persen ± 1 persen,” kata Sri usai High Level Meeting TPID di Ruang Pola Balai Kota FKI Jakarta, pada Rabu (16/12/2020).
Di sisi lain, Sri menerangkan, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III/2020 masih tumbuh negatif sebesar minus 3,81 persen secara tahunan (yoy). Seiring dengan penurunan itu, dia melanjutkan, permintaan masyarakat juga melemah sehingga berdampak pada menurunnya inflasi.
“Kami juga akan melakukan Inovasi untuk kelancaran distribusi di tengah pandemi, antara lain melalui pemanfaatan platform online untuk penjualan komoditas BUMD pangan maupun rekayasa sistem logistik,” kata dia.
Baca Juga
Sebelumnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta mencatat konsumsi rumah tangga di Ibu Kota pada triwulan III/2020 mengalami kontraksi atau minus 5,28 persen dibandingkan periode yang sama pada 2019 (year-on-year/yoy).
Direktur Kantor Perwakilan BI Provinsi DKI Jakarta Luctor E Tapiheru mengatakan kontraksi itu lebih dalam jika dibandikan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat minus 5,23 persen (yoy).
“Penurunan pengeluaran masyarakat terutama terjadi pada konsumsi terkait pakaian, makanan, perabot rumah tangga dan pembelian barang pribadi, yang menunjukkan bahwa masyarakat masih selektif dalam berbelanja,” tutur Luctor melalui keterangan tertulis pada Jumat (6/11/2020).
Seiring konsumsi masyarakat yang menurun, dia mengatakan, lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makanan minuman turut mengalami kontraksi sebesar minus 18,52 persen secara tahunan.
Di sisi lain, industri pengolahan dan pengadaan listrik dan gas mengalami kontraksi masing-masing minus 12,03 persen dan 10,60 persen.