Bisnis.com, JAKARTA - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 untuk wilayah DKI Jakarta periode 24-30 Agustus berakhir hari ini, Senin (30/8/2021).
Epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman mengatakan, pemerintah harus berhati-hati menurunkan level PPKM di DKI Jakarta.
Meski cenderung mulai membaik, namun dia menilai banyak pertimbangan yang harus diambil sebelum memastikan DKI Jakarta bisa turun level lagi. Salah satunya, terkait kasus di wilayah penyangga Jakarta, yakni Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi.
“Bicara indikator kelonggaran itu adalah tes positivity rate yang harus dipastikan 5 persen. Berkurang, minimal di 5,8 persen. Kalau bicara Jabodetabek, Jakarta sudah 5 persenan. Tapi daerah penyangganya belum,” ujar Dicky saat dihubungi Bisnis, Senin (30/8/2021).
Menurutnya, walaupun angka positivity rate di DKI Jakarta sesuai sudah standar WHO, namun angka kasus akan sangat dinamis, karena tergantung daerah penyangga. Sebab, karakter daerah di Jawa-Bali akan sangat sulit diisolir.
“Jakarta saja tidak bisa klaim aman, selesai. Tidak begitu. Masalahnya daerah itu tidak terisolir. Kalau di Australia antar negara bagian atau provinsi itu ditutup kalau tidak terkendali. Tapi jika di Jakarta tidak mungkin, karena sangat dinamis, rentan rawan bergerak naik turun,” jelasnya.
Baca Juga
Wisatawan menunggang gajah Sumatera saat wisata satwa di Taman Safari Indonesia (TSI), Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (29/8/2021). TSI Bogor yang merupakan tempat wisata konservasi satwa tersebut dibuka kembali pada masa PPKM level 3 namun kunjungan wisatawan dibatasi hanya pada wahana Safari Journey dan presentasi edukasi satwa yang sifatnya terbuka. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
WHO mengingatkan Indonesia agar jangan terlalu cepat melakukan pelonggaran. Sebab, selain angka positivity rate, juga angka kematian harus terkendali.
Tingkat positif Covid-19 atau positivity rate DKI Jakarta sudah berada di posisi aman sesuai dengan anjuran minimal Badan Kesehatan Dunia atau WHO sebesar 5 persen.
Tingkat positif itu dilaporkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada Minggu (29/8/2021).
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Rabu (25/8/2021), mengatakan, pandemi di Ibu Kota relatif terkendali apabila tingkat positif Covid-19 berada minimal 5 persen.
Belakangan, kurva Covid-19 di Ibu Kota terlihat melandai secara konsisten sejak masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM pada akhir Juni 2021 lalu.
Berdasarkan data milik Dinas Kesehatan DKI Jakarta, jumlah kasus aktif Covid-19 di Ibu Kota hingga Minggu (29/8/2021) tercatat sebanyak 7.753 orang.
Sementara, jumlah kasus positif Covid-19 di Ibu Kota sebanyak 849.843 selama tiga semester belakangan.
Dari jumlah total kasus positif, total orang dinyatakan telah sembuh sebanyak 828.838 dengan tingkat kesembuhan 97,5 persen, dan total 13.214 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian 1,6 persen, sedangkan tingkat kematian Indonesia sebesar 3,2 persen.
Untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 5 persen, sedangkan persentase kasus positif secara total sebesar 14,8 persen. WHO menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5 persen.
Di sisi lain, tingkat keterpakaian tempat tidur pasien Covid-19 di fasilitas kesehatan turun drastis jika dibandingkan dengan puncak pandemi pada awal Juli lalu.
Tingkat keterpakaian tempat tidur di ruang isolasi mencapai 17 persen dari 8.745 unit. Dengan demikian, total pasien yang dirawat di ruangan itu sekitar 1.486 orang.
Tingkat keterpakaian tempat tidur di ruang ICU berada di posisi 30 persen dari kapasitas 1.468 tempat tidur. Dengan demikian, sekitar 440 pasien tengah menjalani perawatan di ruang ICU.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah memvaksin sebanyak 9.629.886 orang atau mencapai 107,7 persen dari target tahap pertama. Sementara, realisasi vaksinasi tahap kedua mencapai 5.507.262 orang atau 61,6 persen. Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyesuaikan kembali target vaksinasi di Ibu Kota mencapai 8.941.211 orang.
Adapun, capaian vaksinasi dosis pertama untuk anak usia 12-17 tahun sebanyak 80,9 persen dan untuk dosis kedua sebanyak 53,1 persen. Sedangkan warga usia 18-59 tahun, untuk dosis pertama telah dilakukan sebanyak 114,2 persen dan vaksinasi dosis kedua sebanyak 61,1 persen.
Pada kelompok lansia, vaksinasi dosis pertama telah dilakukan sebanyak 86,6 persen dan vaksinasi dosis 2 sebanyak 74,2 persen. Vaksinasi gotong royong, untuk dosis pertama telah diberikan kepada 197.172 orang dan dosis kedua sebanyak 154.947 orang.