Bisnis.com, JAKARTA - Polusi udara masih menjadi pekerjaan rumah bagi kota-kota urban termasuk Jakarta. Sudah sebulan terakhir, kualitas udara di Jakarta menjadi sorotan. Pasalnya, Ibu Kota sempat menempati kota dengan kualitas udara terburuk di dunia, menurut situs IQAir.
Pada 24 Juni 2022, Ibu Kota menempati posisi pertama dengan indeks 184 pada pukul 05.36 WIB. Hal tersebut menandakan kondisi udara yang tidak sehat.
Berikut fakta polusi udara di Jakarta yang dirangkum Bisnis, Sabtu (23/7/2022).
1. Apa Itu Polusi PM 2.5?
Materi partikulat atmosfer atau particulate matter (PM) 2.5 merupakan polusi udara yang mengancam kesehatan manusia. Polutan udara tersebut dibentuk dari emisi pembakaran bensin, minyak, bahan bakar, dan kayu.
Mengutip data Nafas Indonesia, PM 2.5 memiliki ukuran yang lebih kecil dari sel darah merah dan tidak dapat disaring tubuh manusia. Polutan tersebut mampu memasuki sistem peredaran darah dan terperangkap dalam paru-paru.
Polusi PM 2.5 menimbulkan berbagai masalah kesehatan pada manusia di antaranya pada ibu hamil menyebabkan kelahiran prematur dan mengganggu perkembangan janin. Kemudian, polutan juga dapat menganggu kesehatan pernapasan manusia. Paling berbahaya dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner hingga Kanker paru.
Baca Juga
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2013, 60 persen pasien rumah sakit di Jakarta menderita penyakit yang terkait dengan polusi udara.
Seorang pembeli memilih tanaman selada dari kebun hidroponik seorang warga di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (23/7/2022). Warga tersebut memanfaatkan pekarangan rumahnya menjadi lokasi budi daya berbagai macam sayur mayur secara hidroponik untuk konsumsi sendiri dan sebagian dijual kepada konsumen sebagai salah satu sumber pendapatan. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/wsj.
2. Meningkat pada Musim Kemarau, Puncaknya Agustus
Musim kemarau pada bulan Juni turut berkontribusi pada meningkatnya polusi udara di Jakarta. Menurut Nafas Indonesia, konsentrasi PM2.5 pada musim hujan bulan Januari lebih rendah dibandingkan dengan bulan Juni 2022.
Bahkan pada Juni 2022, DKI Jakarta tidak memiliki satu hari pun yang sehat. Rata-rata hariannya bisa mencapai 48 mikrogram/ meter kubik.
"Ini baru saja dimulai, puncaknya ada di bulan Agustus 2022. PM2.5 bisa sampai 15 kali di atas standar WHO," kata Co-Founder Nafas Indonesia, Piotr Jakubowski dalam Bicara Udara Journalist Class pada Selasa (19/7/2022).
Menurut Piotr, udara di sekitar daerah penyangga yakni Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek) juga tidak sehat. Hal tersebut menandakan polusi di Jabodetabek saling bertukar.
3. Pohon Tak Bisa Sepenuhnya Atasi Polusi Udara
Ruang Terbuka Hijau (RTH) masih menjadi salah satu solusi Pemerintah untuk mengurangi polusi udara. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bahkan melakukan revitalisasi taman untuk menambah RTH seperti Tebet Eco Park, RTH Cipinang Muara, dan RTH Kalijodo.
Namun, ternyata pohon dan daerah hijau tidak sertamerta menandakan tempat tersebut terbebas dari polusi udara. Menurut riset oleh
Dinas Kehutanan Amerika Serikat (USDA) rata-rata perbaikan kualitas udara akibat vegetasi atau pepohonan di tengah kota hanya berpengaruh 0,05 persen sampai 0,24 persen.
Nafas Indonesia juga mengungkapkan, bahwa hal tersebut terjadi di Jakarta. Daerah hijau di Cibinong lebih tinggi konsentrasi PM2.5 dibandingkan dengan daerah perkotaan di Pluit.
"Tentang impact pepohonan pada PM2.5 dari risetnya enggak begitu signifikan, ini adalah data dari daerah perumahan [daerah hijau] masih di atas guidelines WHO. Jadi ada satu hal juga, angin juga bisa menjadi sesuatu yang berdampak pada tingkat polusi udara," kata Piotr.
Seorang warga memanen sayur mayur dari kebun hidroponik di pekarangan rumahnya di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (23/7/2022). Warga tersebut memanfaatkan pekarangan rumahnya menjadi lokasi budi daya berbagai macam sayur mayur secara hidroponik untuk konsumsi sendiri dan sebagian dijual kepada konsumen sebagai salah satu sumber pendapatan. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/wsj.
4. Polusi Udara di Jakarta Tertinggi Pagi Hari
Pada Juni 2022, polusi udara di Jakarta tertinggi masih di pagi hari. Perbaikan udara baru terjadi di jam 11.00 WIB sampai puncak di pukul 15.00 WIB.
Buruknya konsentrasi polusi udara di pagi hari juga disebabkan dengan atmosfer bumi atau Planetary Boundary Layer (PBL). Pasalnya pada pagi hari suhu permukaan bumi jauh lebih rendah dan PBL rendah.
Hal tersebut menyebabkan polutan yang melayang di udara jatuh. Kemudian konsentrasi di dekat permukaan mencemari udara pada pagi hari.
Berdasarkan hal tersebut, masyarakat tidak disarankan untuk melakukan olahraga pada pagi hari. Pasalnya, ponsentrasi polusi PM2.5 yang tinggi mampu berdampak pada kesehatan manusia.
Bahkan menurut catatan Nafas Indonesia, ada 33 persen peningkatan risiko penyakit jantung apabila berolahraga setiap hari di saat PM2.5 lebih besar 26 mikrogram per meter kubik.