Bisnis.com, JAKARTA--DPRD DKI Jakarta berencana untuk memanggil PT Jakarta Propertindo (Jakpro) terkait temuan BPK dalam aksi pelepasan saham (divestasi) PT Jakarta Marga Jaya ke Astra Tol Nusantara.
Anggota DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak rencana pemanggilan itu akan dilakukan pada pekan depan. "Kita rencanakan panggil minggu depan," kata Gilbert kepada Bisnis, dikutip Kamis (28/7/2022).
Gilbert menduga menduga divestasi saham cucu usaha PT Jakarta Propertindo (JakPro), PT Jakarta Marga Jaya (JMJ) ke PT Astra Tol Nusantara ada kaitannya beberapa proyek di ibu kota, salah satunya Formula E.
"Kalau itu dilepas itu harus dilepas untuk menambah cashflow atau apa. Nah cashflow-nya untuk apa," kata Gilbert kepada Bisnis, Rabu (2/7/2022).
Pasalnya menurut Gilbert, untuk melakukan proyek penugasan PT JakPro harus memiliki arus kas yang cukup karena tidak memiliki dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Kendati demikian, Gilbert belum dapat memastikan hal tersebut. Dia mengungkapkan DPRD akan memanggil PT JakPro untuk menjelaskan proses divestasi saham tersebut.
Baca Juga
Belum Digunakan
Di sisi lain, Pelaksana Tugas (Plt) Badan Pembinaan Badan Usaha Milik Daerah (BP BUMD) DKI Jakarta Budi Purnama mengungkapkan bahwa uang hasil penjualan aset PT JMJ belum digunakan.
Dia juga mengatakan bahwa dana tersebut digunakan untuk arus kas PT Jakarta Infrastruktur Propertindo (JIP) yang merupakan anak perusahaan JakPro yang membawahi PT JMJ.
"Alhamdulillah uangnya belum digunakan dan kalau digunakan untuk PT JIP, kecuali Jakpro mau pinjam," kata Budi saat ditemui Bisnis di kantornya di Komplek Balai Kota blok H lantai 17, Jakarta Pusat, Senin (25/7/2022).
Budi juga mengungkapkan sejumlah alasan mengapa aset PT JMJ akhirnya dilepas. Menurutnya, saham yang dimiliki PT Jakpro di PT JMJ makin lama semakin tergerus.
"Karena mitranya itu investasi terus, begitu invest terus, tapi Jakpro enggak invest makin lama sahamnya kan makin kecil. Nah menjualnya harus menunggu momen, jadi momennya itu yang pas karena ada beberapa yang mau jual jadi jualah di salah satu yang berminat. Karena BUMN Karya mau masuk, begitu BUMN Karya mau masuk otomatis pasti duitnya enggak terbatas. Kalau dia kasih Rp1 triliun saham kita yang tadinya 8 bisa jadi 1 atau 0,8 jadi makin lama makin jadi butiran debu," paparnya.