Bisnis.com, JAKARTA - Calon Wakil Gubernur (Cawagub) nomor urut satu, Suswono, menanggapi soal hasil survei elektabilitas yang berbeda antara LSI dan Poltracking.
Suswono kemudian mendukung terkait adanya undangan dari perhimpunan surveyor dalam menanggapi hasil yang berbeda tersebut.
"Apakah ada yang melanggar kode etik nggak? Karena dalam survei juga ada metodologi yang juga harus dipatuhi kan?" tutur Suswono, di kawasan Ancol, Jakarta Utara, Minggu (27/10/2024).
Adapun, menurutnya hal tersebut juga baik untuk menjadi pembelajaran, agar tidak ada survei yang bersifat abal-abal.
"Nah saya kira itu bagus tuh kalau bisa untuk pembelajaran supaya jangan ada pah survei yang sifatnya abal-abal gitu. Jadi sebaiknya aturan-aturan baku survei itu harus tetap di jalan," tuturnya.
Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Poltracking Indonesia memiliki kesimpulan berbeda mengenai hasil survei elektabilitas calon gubernur dan wakil gubernur di Pilkada Jakarta 2024.
Baca Juga
Hasil survei LSI, misalnya, mengungkap bahwa pasangan Pramono Anung - Rano Karno memperoleh elektabilitas paling tinggi, sebesar 41,6%, mengalahkan elektabilitas Ridwan Kamil (RK) - Suswono yang sebesar 37,4%.
Survei tersebut dilakukan LSI terhadap 1.200 warga DKI Jakarta pada 10-17 Oktober 2024, dengan margin of error 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%.
Sementara itu, survei Poltracking, pasangan RK-Suswono memperoleh angka elektabilitas sebesar 51,6% dan Pramono - Rano sebesar 36,4%. Pasangan yang diusung dari PDI Perjuangan (PDIP) itu berada di urutan kedua.
Adapun, hasil dari Poltracking terungkap lewat survei tatap muka pada 10-16 Oktober 2024 yang melibatkan 2.000 responden, dengan margin of error kurang lebih sebesar 2,2% dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.
Dalam catatan Bisnis, perbedaan hasil survei itu biasa terjadi karena setiap lembaga survei memiliki metode dan pemetaan terhadap calon responden yang akan disurvei terkait Pilkada Jakarta.
Soal jumlah responden misalnya, kesimpulan LSI diperoleh setelah mereka mengumpulkan survei dari sebanyak 1.200 responden. Sementara itu, Poltracking sebanyak 2.000 responden.
LSI: Ada Efek ‘Si Doel’
Adapun Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan mengemukakan bahwa tingginya angka yang didapatkan pasangan Pramono Rano tersebut dikontribusi dari nama Rano Karno yang semakin dikenal oleh warga DKI Jakarta.
Rano Karno telah dikenal oleh 67,1% warga DKI Jakarta jika dibandingkan calon wakil yang lain seperti Suswono hanya 14,8% dan Kun Wardhana hanya 2%, sisanya 16,1% massa mengambang.
"Kalau cagubnya, lebih terkenal Ridwan Kamil yang meraih dukungan 40,6%, lalu Pramono 34,5% dan Dharma Pongrekun 5,7%," katanya.
Poltracking: Pilkada Jakarta 1 Putaran
Sedangkan, Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yudha, mengungkapkan ada potensi pilkada di Jakarta berlangsung dalam satu putaran. Hal ini menimbang elektabilitas pasangan RK-Suswono, yang menempati urutan pertama dengan angka sebesar 51,6%.
Kendati demikia, suara tersebut masih sangat mepet dengan persyaratan di Pilkada Jakarta, yakni sebesar 50%+1. Itu artinya, potensi Pilkada berlangsung dua putaran masih terbuka lebar.
“Kalau Pilkadanya tinggal kurang dari satu minggu, atau besok sudah hari tenang, maka survei ini akan lebih konklusif untuk memprediksi kemungkinan pemenangnya. Tapi karena pilkada Jakarta paling sangat dinamis, masing mungkin ada fluktuasi perubahan seterusnya, maka dinamika politik masih mungkin terjadi,” terangnya