Bisnis.com, JAKARTA-- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama merombak total jajaran komisaris dan direksi Bank DKI melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), Rabu (17/6/2015).
Dalam RUPSLB tersebut, Ahok-sapaan akrab Basuki mencopot beberapa komisaris dan direksi serta menggantinya dengan nama-nama baru.
Salah satu posisi vital yang diganti oleh Ahok adalah Direktur Utama. Jabatan Direktur Utama Bank DKI yang dipegang oleh Eko Budiwiyono kini digantikan oleh Kresno Sediarso.
Kresno sendiri sebelumnya tercatat sebagai Direktur Teknologi dan Operasional Bank Mandiri. Dia menempati posisi tersebut sejak 5 Juli 2010 hingga 16 Maret 2015.
Kepala Badan Penanaman Modal Provinsi (BPMP) DKI Jakarta Catur Laswanto mengatakan alasan utama Ahok mengganti posisi komisaris dan direksi Bank DKI tak lain untuk meningkatkan performa bank pembangunan daerah tersebut.
"Kinerja Bank DKI turun signifikan sejak tahun lalu. Salah satu yang menjadi sorotan Pak Gubernur adalah tingginya rasio kredit bermasalah [non-performing loan/NPL," ujarnya di Kantor Pusat Bank DKI, kemarin.
Wacana
Wacana Ahok mencopot jajaran direksi dan komisaris Bank DKI sudah tercium sejak beberapa bulan silam. Menurutnya, membengkaknya NPL membuat risiko kerugian lebih dari Rp1 triliun. Hal ini terjadi lantaran manajemen Bank DKI mengarahkan kredit korporasi yang tidak sesuai dengan fokus yang diarahkan pemprov DKI, misalnya sektor usaha kecil dan menengah, pedagang kaki lima, dan pembangunan rumah susun.
"Kelihatannya manajemen nggak melakukan itu, lambat sekali. Saya kan sudah sabar 2,5 tahun nih. Jadi, mungkin kita mau evaluasi direksi dan komisaris," kata Ahok seperti dikutip Bisnis.com, (26/5/2015).
Mengacu pada laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, Selasa (28/4/2015), rasio NPL gross Bank DKI melonjak menjadi 4,81% pada kuartal I/2015 dari periode yang sama setahun sebelumnya 2,65%. Rasio NPL nett juga melonjak menjadi 3,00% dibandingkan dengan Januari-Maret 2014 yang mencapai 1,53%.
NPL gross Bank DKI per Mei 2015 berada pada posisi 5,41% dan NPL nett 3,41%. Adapun, target perbaikan yang dibidik oleh perseroan pada triwulan II/2015 adalah NPL gross 2,79% dan NPL nett 2,39%.
Catur mengatakan, kondisi rasio Bank DKI yang masuk tahap waspada harus menjadi perhatian komisaris dan direksi baru Bank DKI.
"Target kami bukan cuma menurunkan rasio NPL, tetapi meningkatnya kinerja bisnis perusahaan. Adanya direksi baru diharapkan mampu membawa Bank DKI berlari kencang," imbuhnya.