Bisnis.com, JAKARTA-Operasional bus tingkat wisata, Bus City Tour, berpotensi tidak efektif sebagai wahana pengakomodir transportasi wisata dan inefisiensi biaya operasional karena belum dikelola oleh satu lembaga profesional.
Yayat Supriyatno, ahli perkotaan Universitas Trisakti, mengatakan keberadaan bus tingkat wisata menjadi inefisiensi akibat ketidak tepatan badan pengelola, karena masih dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.
"Lebih baik dikelola oleh praktisi dan profesional terkait, bisa dijadikan sebagai sarana yang mengantar ke sektor unggulan pariwisata. Jadi tidak memberatkan Dinas Pariwisata dan keliling-keliling tidak jelas, sehingga penumpang memakai transportasi lain,” katanya seperti dikutip dari laman Pemprov DKI Jakarta, Rabu (4/6/2014).
Menurutnya, bus tingkat wisata Bus City Tour seharusnya dikelola oleh pihak swasta sebagai lembaga yang profesional seperti Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia atau kepada asosiasi tour and travel.
Dia menjelaskan untuk memaksimalkan pengelolaan Bus City Tour menjangkau sejumlah destinasi wisata di Jakarta, diusulkan diambil alih pihak yang secara khusus menangani dunia pariwisata sehingga pengelolaannya lebih profesional.
Sejauh ini Bus City Tour rata-rata mengangkut sekitar 60 penumpang per hari per bus pada hari libur akhir pekan dan hari besar nasional, sementara itu pada hari biasa hanya sekitar 15 orang.
Adapun rutenya singgah ke sejumlah tempat wisata di Ibu Kota, yang paling dekat dari Monas ke Museum Gajah kemudian berbalik arah menuju Istiqlal dan kembali ke Monas.