Bisnis.com, JAKARTA - Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, diproyeksikan sebagai pasar wisata belanja buah dan sayur. Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat menargetkan penataan pasar tersebut rampung pada tahun depan.
Selain menata infrastrukturnya, persoalan sampah juga menjadi salah satu syarat Pasar Induk Kramat Jati menjadi pasar wisata. Djarot menuturkan perlunya sistem pengolahan sampah berteknologi. Sampah tidak dibuang, melainkan diolah menjadi kompos dan sumber energi.
"Yang bagus itu harus diolah. Diolah bisa jadi biogas, bisa jadi kompos, abu yg bisa digunakan pavling block. Gitu dong," ujarnya saat blusukan ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (4/2/2015).
Produksi pasar induk di sini mencapai 60 ton setiap hari. Sampah diambil setiap hari dan dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Mantan Wali Kota Blitar ini tidak ingin sampah di Ibu Kota diperlakukan seperti zaman dulu ketika rumah-rumah pedesaan membuang sampah pada satu lubang lalu dikubur kembali dengan tanah.
Dengan keterbatasan lahan yang dimiliki, teknologi sampah menjadi prioritas pengembangan pasar tradisional di Jakarta."Zaman nenek moyang saya, bapak ibu saya di desa itu enggak perlu, karena rumah saya luas. Kami gunakan teknik, kami gali kemudian sampah dimasukkin terus diurug," terangnya.
Djarot menginstruksikan agar penataan Pasar Induk Kramat Jati sebagai pasar wisata selesai pada Februari 2016. Menurutnya, pasar grosir buah dan sayuran tersebut bisa menjadi salah satu alternatif wisata belanja di Ibu Kota yang tetap menawarkan kesan tradisional.