Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APBD DKI 2015: Ini yang Bikin Ahok Protes Kemendagri

Bisnis.com, JAKARTA - Seusai melakukan inspeksi ujian nasional (UN) Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) mengaku belum ada panggilan dari istana. Padahal hari ini adalah penandatanganan APBD yang disetujui Kementerian Dalam Negeri. Ahok mengaku masih belum menerima pemotongan anggaran karena keterlambatan (13/04/2015).
Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memberikan keterangan kepada wartawan terkait APBD 2015 di gedung Balaikota Jakarta, Senin (23/3)./Antara
Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memberikan keterangan kepada wartawan terkait APBD 2015 di gedung Balaikota Jakarta, Senin (23/3)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA--  Setelah melakukan inspeksi Ujian Nasional (UN) Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) mengaku belum ada panggilan dari Istana.

Padahal, hari ini, Senin (13/4/2015), adalah penandatanganan APBD yang disetujui Kementerian Dalam Negeri. Ahok mengaku masih belum menerima pemotongan anggaran karena keterlambatan (13/4/2015).

Ahok menyatakan penurunan nominal APBD dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sejumlah Rp72 triliun menjadi Rp69,28 triliun tak lantas membuat dirinya menghapus beberapa belanja.

"Sebetulnya tidak ada yang kami pangkas kecuali ada proyek pembangunan yang dilelang, yang tidak mendapatkan persetujuan tahun jamak atau multiyears oleh DPRD" ungkap Ahok di SMA Santa Ursula.

Ahok menjelaskan, jika ada proyek multiyears tidak mungkin bisa menyelesaikannya dalam delapan bulan setelah pencairan anggaran. Oleh sebab itu uang tersebut ingin dialokasikan Ahok untuk penyertaan modal pemerintah (PMP) atau pembelian lahan. Itu yang menyebabkan Ahok protes.

"Dari zaman dulu, APBD DKI selalu telat dan bermasalah. Saya belum pernah dengar telat tiga bulan, lalu duitnya dibagi hanya untuk sembilan bulan. Itu sesuatu yang di luar nalar konstitusi," ujar Ahok.

Ahok mengaku tidak bisa berbuat apa-apa mengingat posisi Kemendagri di atas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dia juga menyatakan, semua kembali kepada Mendagri Tjahjo Kumolo yang akan lebih mendengarkan Ahok atau Dirjen Keuangan Daerah, Reydonnyzar Moenek.

"Tidak masuk akal jika APBD telat, uangnya harus dikurangi dari 12 bulan dikasih tinggal sembilan bulan atau delapan bulan, lalu ditambah PMP tahun lalu. Padahal PMP tahun lalu itu tujuh sampai delapan triliun, bukan lima sampai enam triliun," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper