Bisnis.com, JAKARTA - Kereta layang ringan atau light rail transit (LRT) Jabodebek koridor Cibubur-Dukuh Atas yang mulai beroperasi pada 2021 digadang-gadang bakal lebih canggih ketimbang moda raya terpadu alias MRT.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan LRT Jabodebek akan beroperasi nirawak atau tanpa masinis.
“LRT ini lebih canggih daripada MRT dan lebih canggih juga dari LRT Palembang. LRT (Jabodebek beroperasi) tanpa masinis. Mesinnya dari dalam,” ujar Luhut saat meninjau proyek pembangunan LRT di Stasiun Harjamukti, Minggu (13/10/2019).
LRT rencananya digerakkan oleh teknologi Grade of Atomation atau GOA level 3 termutakhir. GOA 3 yang memiliki sistem moving block ini memungkinkan kereta dioperasikan oleh sistem komputer secara real time sehingga tidak memerlukan masinis di dalam armada. Sedangkan ruang kendali mesin LRT dipusatkan seluruhnya di Operation Control Center atau OCC.
Teknologi GOA yang disematkan sebagai penggerak LRT Jabodebek lebih canggih ketimbang GOA MRT Jakarta saat ini. Sebab, teknologi GOA yang menjadi penggerak LRT berada satu level lebih tinggi ketimbang MRT. Bila LRT menggunakan GOA level 3, MRT masih memanfaatkan GOA level 2.
Pada sistem kendali MRT, keberadaan masinis masih diperlukan. Fungsinya ialah untuk mengoperasikan kereta seumpama ada gangguan. Masinis juga memiliki peran sebagai pembuka dan penutup pintu kereta.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri mengatakan sistem persinyalan yang mendukung tekologi GOA 3 akan dipasang bertahap setelah pembangunan depo kelar. Karenanya, ia menaksir aktivasi uji coba GOA 3 baru mulai bisa dilaksanakan pada 2020.
“GOA 3 diuji coba setelah depo rampung dibangun. Di situ kan nanti ada ruang pengendalian atau OCC-nya,” ujar Zulfikri.
Setelah rampung, LRT Jabodebek koridor Cibubur-Dukuh Atas akan mampu mengangkut 1.308 orang sekali jalan. Dengan dukungan teknologi GOA 3, waktu tunggu atau headway LRT diperkirakan bakal lebih pendek ketimbang MRT, yakni tak lebih dari 3 menit.