Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jakarta Kota Termacet di Dunia, Pengamat: Anies Belum Bawa Perubahan Signifikan

Walaupun Jakarta berhasil memperbaiki peringkat Kota Termacet di Dunia dari peringkat 7 ke peringkat 10 pada 2019, tingkat kemacetan Jakarta tetap tak berubah.
Kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta, Senin (23/10)./ANTARA-Aprillio Akbar
Kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta, Senin (23/10)./ANTARA-Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA - Walaupun Jakarta berhasil memperbaiki peringkat Kota Termacet di Dunia dari peringkat 7 ke peringkat 10 pada 2019, tingkat kemacetan Jakarta tetap tak berubah.

Sebelumnya, hal ini diungkap oleh TomTom, perusahaan teknologi navigasi asal Belanda yang meneliti indeks kemacetan pada 416 kota di 57 negara.

Jakarta kini menempati posisi 10 di bawah Bengaluru, Manila, Bogota, Mumbai, Pune, Moscow, Lima, New Delhi, dan Istanbul. Namun, Jakarta tercatat masih memiliki tingkat kemacetan 53 persen. Tak ada perubahan dari tahun sebelumnya.

Analis Kebijakan Transportasi dan Ketua Forum Warga Kota Jakarta (Fakta) Azas Tigor Nainggolan menilai hal ini perlu menjadi evaluasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Menurutnya, Anies jangan hanya melihat ranking saja, tetapi juga berapa pencapaian progres pengurangan kemacetan di Jakarta.

"Walaupun peringkat [Jakarta] makin baik, tapi setelah dilihat lagi ternyata kemacetan Jakarta tidak berkurang. Stuck saja. Tidak naik, tidak turun," ujarnya, Kamis (30/1/2019).

Menurut Tigor, yang masih kurang dari Pemprov DKI adalah kebijakan push atau pendorong masyarakat menggunakan transportasi publik.

"Ini harus jadi evaluasi buat Pemprov DKI. Infrastruktur MRT dan Transjakarta yang makin masif, kenapa tetap tidak bisa menekan kemacetan versi TomTom? Berarti kebijakan untuk menekan [push] kendaraan pribadi itu yang kurang," ujarnya.

Menurut Tigor, pembanguanan infrastruktur untuk transportasi di Jakarta terbilang masif dan patut diapresiasi. Namun, Tigor berpendapat kemacetan tetap akan sama apabila kendaraan pribadi tidak ditekan.

"Artinya, klaim penghargaan-penghargaan tentang transportasi yang selama ini diterima Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu patut dipertanyakan. Buktinya sampai sekarang masih belum bisa juga menekan penggunaan kendaraan pribadi," ungkap Tigor.

"Jadi sangat disayangkan, Anies selama satu tahun ini belum membawa perubahan signifikan. Harus ada evaluasi dari dalam. Karena kalau saya lihat pembanguanan infrastruktur buat transportasi di Jakarta terbilang masif," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper