Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Potensi Bisnis Baru Jelang Larangan Pemakaian Kresek di DKI Jakarta

Pemerintah berharap agar pemakaian kantong belanja ramah lingkungan (KBRL) berangsur-angsur menjadi gaya hidup bagi masyarakat.
Diet Kantong Plastik/Antara-Wahyu Putro A
Diet Kantong Plastik/Antara-Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih percaya masyarakat maupun dunia usaha mampu beradaptasi terhadap kebijakan pembatasan kantong plastik sekali pakai di DKI Jakarta.

Seperti diketahui, kantong sekali pakai atau yang akrab disebut 'kresek' ini akan mulai efektif dilarang penggunaannya di pusat perbelanjaan, toko swalayan, dan pasar rakyat per 1 Juli 2020, sesuai amanat Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.142/2019.

Andono berharap besar bahwa kantong belanja ramah lingkungan (KBRL) berangsur-angsur menjadi gaya hidup bagi masyarakat.

Meskipun demikian, tantangan terbesarnya ada pada pemenuhan permintaan KBRL yang harus semakin mudah didapat, semakin murah, sehingga menjadi tren dan masyarakat semakin terbiasa membawa KBRL sendiri.

"Harapannya kebijakan ini bisa mendorong produksi KBRL oleh UMKM. Karena ini bisa menjadi barang dagangan [para para pelaku usaha] juga dan untuk menyediakan kantong belanja kepada pembeli," kata Andono dalam diskusi bertajuk 'Krisis Sampah Plastik Sudahkah Terurai' bersama Greenpeace Indonesia, Kamis (18/6/2020).

Berkaca dari kampanye menggalakkan membawa tempat minum sendiri atau tumblr, Andono optimistis banyak masyarakat dan pelaku usaha yang terpacu berinisiatif ikut membantu pemerintah meningkatkan kesadaran masyarakat terkait KBRL.

"Waktu kita mulai menggalakkan tumblr. Ini kan akhirnya menjadi gaya hidup baru juga. Akhirnya muncul merchandise, souvenir, bertema tumblr. Nah, bayangan saya, gerakan yang dipicu oleh kebijakan ini akan memunculkan kreativitas serupa," ujarnya.

Oleh sebab itu, Andono berharap besar pengusaha-pengusaha dan UMKM, terutama yang milenial, bisa menelurkan produk-produk KBRL menarik minat konsumen, membuat KBRL sebagai bagian branding produk, dan terus mengeksplore kerjasama-kerjasama inovatif demi Jakarta yang lebih ramah lingkungan.

"Sama juga seperti kita kemarin waktu membuat kebijakan ketika hari raya kurban kemarin, kita meminta tidak menggunakan kantong plastik, tapi besek untuk membungkus daging kurban. Akhirnya semua pihak saling bantu, kreativitasnya muncul," ungkap Andono.

Pasar Tradisional dan Belanja Online

Turut hadir Koordinator Nasional Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) Rahyang Nusantara yang mengungkap bahwa kesadaran masyarakat dan dunia usaha terhadap KBRL sudah baik.

Terlebih, pandemi Covid-19 ikut berperan penting dalam mengampanyekan cara berbelanja yang benar dengan KBRL.

Kini, tinggal bagaimana mendorong kerja sama agar pasokan dan minat KBRL bisa terjaga di kalangan pedagang. Dialog dengan para pedagang plastik eksisting pun menjadi kunci.

"Tantangan terbesar memang kalau belanja di pasar. Gaya hidup untuk bawa tas belanja sendiri itu belum sebesar di toko modern. Kami awal tahun ini juga bekerja sama dengan Dinas LH dan Pemkot Jakarta Selatan untuk membuat model pasar tanpa kanting plastik di Pasar Tebet Barat," jelasnya.

GIDKP ikut menggandeng toko plastik di kawasan tersebut untuk menyediakan KBRL untuk kulakan para pedagang sebagai alternatif plastik sekali pakai.

"Ini upaya memudahkan. Karena pedagang di kios dan los di pasar itu juga belanja kantong plastik dari tiko plastik tersebut. Jadi kita mesti mendororong adanya fasilitas juga untuk mempertemukan vendor-vendor yang membuat pengganti plastik," tambahnya.

Senada dengan Rahyang, Peneliti Pusat Oseanografi LIPI Intan Suci Nurhati mengungkap bahwa ketersediaan KBRL di pasar masih perlu digalakkan.

Terlebih, tiga objek yang mulai diharamkan memakai kantong, yakni mal, swalayan, dan pasar rakyat menyumbang sampah plastik hingga 35 ton per hari.

Selain itu, Intan berharap nantinya bukan hanya di tiga objek tersebut yang akan dikenakan larangan penggunaan kantong plastik. Kebijakan ini juga harus menyasar kesadaran masyarakat di sektor belanja online dan logistik, serta penyedia makanan-minuman yang berafilisasi dengan ojek online.

"Selotip, bungkus plastik, dan bubble wrap itu masih jadi yang paling banyak ditemukan. 96 persen paket belanja online menggunakan bungkus dengan bahan plastik. Bahkan di Jabodetabek, sampah pembungkus paket itu sudah mengalahkan sampah plastik kemasan. Harus ada jalan keluar dan strategi untuk mengatasi hal ini," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Aziz Rahardyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper