Bisnis.com, JAKARTA - Sistem ganjil genap lapak di pasar tradisional DKI Jakarta akhirnya dihapus, karena para pedagang masih bisa berkelit dengan saling menitipkan dagangan mereka.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjelaskan bahwa peniadaan kebijakan kios ganjil-genap dan pembatasan jam operasi pasar, merupakan langkah penyesuaian keadaan di lapangan.
Seperti diketahui, dalam konferensi pers perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar masa transisi (PSBBT) Fase I selama 14 hari ke depan, Rabu (1/7/2020), Anies menyebut pasar sebagai salah satu tempat rawan penularan.
Jam operasi pasar akan dikembalikan normal, agar jumlah orang yang masuk bisa tersebar. Sementara kios ganjil-genap dihapus, karena tidak berpengaruh terhadap transaksi dan orang yang berkunjung.
"Hari ganjil penjualnya titip dagangan ke yang genap, dan sebaliknya. Jadi lebih penting kendalikan jumlah orang masuk. Ini proses pembelajaran di kita bahwa menghadapi Covid-19 harus open minded, harus liat kondisi lapangan dan menyesuaikan," ungkap Anies, Rabu (1/7/2020).
Harapannya, kebijakan baru di pasar tradisional ini mampu mengurangi potensi penularan Covid-19. Di mana nantinya, kebijakan ini akan ditunjang dengan pengawasan ketat dari jajaran Pemprov DKI Jakarta dan unsur TNI-Polri.
"Ganjil-genap ditiadakan, tapi jumlah orang masuk pasar akan dikendalikan. Jadi jumlah orang masuk pasar tidak boleh lebih dari 50 persen kapasitas pasar dan ini dikendalikan dengan petugas yang ditempatkan di pintu masuk pasar, untuk mengendalikan jumlah orang dalam satu waktu," tambahnya.