Kota Termacet di Dunia
Sudah lumrah, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berharap Jakarta keluar dari peringkat 10 besar Kota Termacet di Dunia. Harapan itu cukup berdasar, pasalnya, Jakarta kini menempati posisi 10 di bawah Bengaluru, Manila, Bogota, Mumbai, Pune, Moscow region, Lima, New Delhi, dan Istanbul.
Sayangnya, apabila melihat lebih rinci data TomTom, perusahaan teknologi navigasi asal Belanda yang meneliti indeks kemacetan pada 416 kota di 57 negara itu, Jakarta tercatat masih memiliki tingkat kemacetan 53 persen.
Indikator congestion level-nya bukan hijau, bukan pula merah, tapi abu-abu [0 persen], tak ada perubahan dari tahun sebelumnya.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menuturkan kemacetan lalu lintas di perkotaan diidentifikasi sebagai salah satu penghambat pertubumbuhan ekonomi.
Akibat kemacetam, peningkatan satu persen urbanisasi di Indonesia hanya berdampak meningkatkan 1,4 persen PDB per kapita. Angka itu terbilang rendah jika dibandingkan degnan peningkatan PDB per kapita milik China sebesar tiga persen dan negara-negara di kawasan Asia Timur sebesar 2,7 persen.
“Selain itu, kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu lintas adalah 65 triliun per tahun menurut World Bank di tahun 2019,” kata Budi saat memberi keterangan dalam webinar SBM ITB pada Rabu (5/8/2020).