Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Air Tanah Disedot, Joko Widodo : Tanah Jakarta Ambles hingga 6 CM/Tahun

Hasil analisis data InSAR yang direkam sejak 20 Maret-22 Oktober 2019 memperlihatkan bahwa laju maksimum penurunan tanah mencapai 6 cm per tahun. Penurunan muka tanah akibat ekstraksi atau pengambilan air tanah menjadi fenomena yang dominan.
Pemandangan proyek revitalisasi sisi selatan Monumen Nasional (Monas) di Jakarta, Selasa (10/3/2020). Penyedotan air tanah secara berlebihan terbukti menyebabkan tanah di beberapa lokasi di Jakarta ambles hingga 25 sentimeter per tahun. Bisnis/Arief Hermawan P
Pemandangan proyek revitalisasi sisi selatan Monumen Nasional (Monas) di Jakarta, Selasa (10/3/2020). Penyedotan air tanah secara berlebihan terbukti menyebabkan tanah di beberapa lokasi di Jakarta ambles hingga 25 sentimeter per tahun. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebut laju maksimum penurunan tanah mencapai 6 cm per tahun, terutama akibat penyedotan air tanah di kota ini.

Joko Widodo, Peneliti Kebencanaan pada Pusat Teknologi Reduksi dan Resiko Bencana (PTRRB) BPPT, mengatakan Tim INDI 4.0 BPPT telah melakukan analisis dengan menggunakan metode Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) yang berdasarkan data satelit Radar Sentinel 1A untuk melihat laju penurunan tanah di Jakarta.

"Hasil analisis data InSAR yang direkam sejak 20 Maret-22 Oktober 2019 memperlihatkan bahwa laju maksimum penurunan tanah mencapai 6 cm per tahun," jelas Joko seperti dikutip dalam keterangan pers BPPT, Rabu (3/2/2021).

Joko Widodo memaparkan dari berbagai hasil kajian studi, terdapat empat jenis penurunan muka tanah yang terjadi di Jakarta. Pertama akibat ekstraksi air tanah, kedua akibat beban konstruksi, ketiga akibat konsolidasi alami tanah aluvium dan terakhir penurunan tanah tektonik.

Dari Keempat hal tersebut, penurunan muka tanah akibat ekstraksi atau pengambilan air tanah menjadi fenomena yang dominan terjadi di Jakarta.

Kondisi penurunan muka tanah yang terjadi di Kota Jakarta ini menurut Tim INDI 4.0 BPPT sangat berkaitan erat dengan genangan banjir dan tingkat kerusakan yang terjadi akibat adanya banjir.

Masalah ini, menurutnya, harus diantisipasi, khususnya di wilayah DKI Jakarta dengan laju amblesan yang besar.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengurangi eksploitasi air tanah di area-area tersebut. Sudah saatnya Pemerintah Jakarta mengeluarkan perda pelarangan pengambilan air tanah, terutama di area-area yang kritis mengalami amblesan dan sekaligus harus dapat menyediakan sumber air baku yang bersumber dari air permukaan sebagai penggantinya.

Hal yang tidak kalah pentingnya, menurutnya, Pemerintah Jakarta perlu melakukan monitoring amblesan secara berkala dengan menggunakan teknologi yang tepat. "Teknologi InSAR adalah salah satu pilihan teknologi yang tepat untuk memantau kondisi ini, yang mana INDI BPPT telah mengaplikasikan selama ini," kata Joko Widodo.

Sebagai informasi, pengembangan INDI 4.0 di PTRRB BPPT ini digagas guna menjadi pusat pengkajian dan penerapan teknologi multi bencana yang akan fokus pada analisis data-data kebencanaan dalam rangka memperkuat mitigasi bencana baik bencana geologi maupun hidrometeorologi.

LIPI pernah menyebutkan penyedotan air tanah secara berlebihan terbukti menyebabkan tanah di beberapa lokasi di Jakarta ambles hingga 25 sentimeter per tahun. Amblesnya tanah di Jakarta mengakibatkan banjir pada 2013 lebih luas dibandingkan dengan 2007.

ULAH MANUSIA

Permasalah penurunan tanah (land subsidence) akibat tekanan lingkungan dari pembangunan perkotaan terjadi di beberapa kota besar di Asia, termasuk juga Jakarta. Di DKI Jakarta, aktivitas manusia menjadi penyebab utama dari permasalahan penurunan muka tanah yang terjadi.

Direktur Pusat Teknologi Reduksi dan Resiko Bencana (PTRRB) BPPT M. Ilyas bahwa dari hasil kajian teknis menunjukkan bahwa perkembangan Kota Jakarta selama 50 tahun terakhir yang diiringi oleh peningkatan aktivitas lainnya telah menyebabkan penurunan muka tanah.

"Kami di BPPT melalui Tim INDI 4.0 (Indonesian Network for Disaster Information), menemukan bahwa DKI Jakarta dengan segala jenis kegiatan dan pemukiman penduduk, mengalami permasalahan penurunan muka tanah," ungkapnya.

Ke depannya, menurut Ilyas, permasalahan penurunan muka tanah di Kota Jakarta harus dapat dikendalikan terutama di wilayah tertentu. "Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengurangi eksploitasi air tanah di area-area tersebut," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper