Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Larangan Mudik Lebaran Gerus Pendapatan Sektor Ritel Ibu Kota

Berbeda dari Aprindo, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta menilai positif momentum Lebaran yang ditandai dengan periode larangan mudik pada tahun ini. Pasalnya, uang yang mengalir masuk ke wilayah Jawa khususnya Jabodetabek lebih besar ketimbang yang keluar.
Suasana sepi terlihat di salah satu pusat perbelanjaan atau mal saat libur Natal dan Tahun Baru di Depok, Jawa Barat, Minggu (27/12). Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyampaikan bahwa sesuai prediksi, pada akhir tahun ini tidak ada kenaikan signifikan pengunjung mal. Penyebabnya karena adanya pembatasan aturan dari pemerintah dan daya beli masyarakat yang melemah. /Bisnis-Himawan L Nugraha
Suasana sepi terlihat di salah satu pusat perbelanjaan atau mal saat libur Natal dan Tahun Baru di Depok, Jawa Barat, Minggu (27/12). Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyampaikan bahwa sesuai prediksi, pada akhir tahun ini tidak ada kenaikan signifikan pengunjung mal. Penyebabnya karena adanya pembatasan aturan dari pemerintah dan daya beli masyarakat yang melemah. /Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey membeberkan terjadi peningkatan laba dari sektor ritel sebesar 25 persen selama masa Lebaran tahun ini di Ibu Kota. Kendati demikian, tren itu tidak bergerak optimal lantaran adanya kebijakan larangan mudik.

Dia mengatakan, kebijakan larangan mudik tahun ini menggerus potensi pendapatan sektor ritel sekitar 20 persen. Padahal, biasanya potensi pendapatan sektor ritel selama masa Lebaran tiap tahunnya menyentuh di angka 45 persen.

“Kebijakan larangan mudik tidak berdampak positif, justru kalau diperkenankan mudik omzet kita lebih tinggi karena masyarakat membeli barang-barang untuk silahturahmi di kampung, sekarang mereka memilih untuk menabung dan belanja secukupnya,” kata Roy melalui sambungan telepon kepada Bisnis, Senin (17/5/2021).

Berdasarkan perhitungan Aprindo selama lebaran tahun ini, omzet penjualan barang ritel di Ibu Kota mencapai sekitar Rp1,5 triliun atau bergerak naik 25 persen dari angka Rp1,2 triliun pada triwulan pertama tahun 2021. Adapun, proyeksi pendapatan sektor ritel sempat dipatok di angka Rp1,8 triliun atau naik sekitar 45 persen.

“Kinerja ritel begitu, kalau mudik mereka akan belanja ekstra untuk ke kampung halaman. Kalau dilarang mudik mereka akan berkunjung ke mal dan belanja secukupnya. Selebihnya biaya THR itu mereka simpan. Larangan mudik itu menggerus 25 persen jadi kita hanya dapat setengahnya,” tuturnya.

Kendati demikian, Bank Indonesia (BI) mencatat peredaran uang kartal selama periode lebaran di wilayah Jabodetabek mencapai Rp34,8 triliun atau naik sekitar 61 persen jika dibandingkan dengan periode lebaran tahun lalu sebesar Rp21,7 triliun.

Kepala Divisi Relasi Media dan Opinion Maker Departemen Komunikasi BI Irfan Farulian menerangkan peningkatan perputaran uang di wilayah Jabodetabek itu mencerminkan asumsi pertumbuhan ekonomi dan mobilitas masyarakat yang bergerak positif selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro hingga kuartal kedua tahun 2021.

“Selain itu, bertambahnya permintaan uang kartal pada periode lebaran tahun ini juga disebabkan adanya program bantuan sosial tunai pemerintah yang dibayarkan bertepatan dengan periode lebaran,” kata Irfan melalui pesan tertulis kepada Bisnis, Minggu (16/5/2021).

Berdasarkan data penarikan uang kartal perbankan secara nasional hingga 11 Mei 2021 atau hari operasional terakhir sebelum libur lebaran, uang yang berputar di tengah masyarakat sebesar Rp154,5 trilun atau meningkat sekitar 41,5 persen.

Pada tahun sebelumnya, realisasi penarikan uang kartal oleh perbankan secara nasional berada di angka Rp109,2 triliun.

“Pelarangan mudik lebaran 2021 kali ini yang berada dalam masa PPKM Mikro juga dapat diperhitungkan sebagai faktor penambah permintaan uang kartal pada periode lebaran tahun ini,” kata dia.

Kendati adanya tren pergerakan positif uang tunai yang beredar di tengah masyarakat daya beli masyarakat Ibu Kota dinilai masih relatif rendah.

Daya Beli Belum Pulih

Berkaca dari anomali itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berpendapat daya beli masyarakat Ibu Kota selama Lebaran tahun ini belum pulih. Padahal, jumlah pengunjung ke sejumlah pasar dan pusat perbelanjaan terbilang bergerak positif.

Anies beralasan mayoritas pengunjung yang datang ke pasar adalah pembeli eceran dengan daya  beli yang relatif rendah.

Fenomena itu tercermin dari membludaknya pembeli eceran di Pasar Tanah Abang beberapa waktu lalu.

“Kemarin saya perhatikan yang datang adalah pembeli eceran padahal pasarnya grosir. Biasanya kalau belanja di Pasar Tanah Abang itu keluarnya bal-bal besar, kodian, kalau ini keluarnya dengan tas-tas kecil,” kata Anies saat disambangi Bisnis di kediamannya, Kawasan Lebak bulus, Jakarta Selatan, Kamis (13/5/2021).

Anies menyebut, bahwa alasan para pembeli itu datang ke Tanah Abang lantaran harga jualannya yang relatif murah ketimbang di pasar dekat rumah mereka.

“Dulunya para pedagang kulakan kemudian jual, lalu pembeli eceran beli di pasar-pasar dekat rumah. Sekarang yang terjadi mereka langsung ke Tanah Abang. Artinya, dengan uang yang lebih terbatas mereka lebih selektif di dalam memilih lokasi berbelanja,” tuturnya.

Sebelumnya, Anies sempat melaporkan jumlah pengunjung di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, kemarin, Sabtu (1/5/2021), mencapai kisaran 87.000 orang.

Oleh karena itu, dia meminta masyarakat yang hendak berbelanja tak menumpuk di Pasar Tanah Abang. Menurutnya, ada banyak pasar atau pusat belanja lain di Ibu Kota yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Bila mau berbelanja maka tentukan lokasi yang memang tidak penuh dan lebih longgar. Sehingga kita bisa bersama-sama mencegah kerumunan," tutur Anies di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu, (2/5/2021).

Dikatakan, jumlah pengunjung pada bulan lalu di Tanah Abang sangat jauh dari jumlah rata-rata pengunjung pada kondisi normal, yaitu 35.000 orang. Adapun, saat itu pengunjung Pasar Tanah Abang jauh lebih banyak.

Sebelumnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta mencatat konsumsi rumah tangga di Ibu Kota pada triwulan III/2020 mengalami kontraksi atau minus 5,28 persen dibandingkan periode yang sama pada 2019 (year-on-year/yoy).

Direktur Kantor Perwakilan BI Provinsi DKI Jakarta Luctor E Tapiheru mengatakan kontraksi itu lebih dalam jika dibandikan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat minus 5,23 persen (yoy).

“Penurunan pengeluaran masyarakat terutama terjadi pada konsumsi terkait pakaian, makanan, perabot rumah tangga dan pembelian barang pribadi, yang menunjukkan bahwa masyarakat masih selektif dalam berbelanja,” tutur Luctor melalui keterangan tertulis pada Jumat (6/11/2020).

Seiring konsumsi masyarakat yang menurun, dia mengatakan, lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makanan minuman turut mengalami kontraksi sebesar minus 18,52 persen secara tahunan.

Di sisi lain, industri pengolahan dan pengadaan listrik dan gas mengalami kontraksi masing-masing minus 12,03 persen dan 10,60 persen.

“Kontraksi pada berbagai lapangan usaha tersebut sejalan dengan kontraksi permintaan domestik dan total ekspor yang terjadi pada triwulan ketiga 2020,” kata dia.

Kadin Nilai Positif

Berbeda dari Aprindo, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta menilai positif momentum Lebaran yang ditandai dengan periode larangan mudik pada tahun ini. Pasalnya, uang yang mengalir masuk ke wilayah Jawa khususnya Jabodetabek lebih besar ketimbang yang keluar.

“Ini berarti perputaran uang terjadi di Pulau Jawa. Angka ini menurut saya sangat luar biasa dan pastinya akan berdampak positif terhadap peningkatan omzet dari dunia usaha yang ada di wilayah Jawa khususnya Jakarta Raya,” kata Ketua Kadin DKI Jakarta Diana Dewi melalui keterangan tertulis kepada Bisnis, Senin (17/5/2021).

Tren itu, lanjut Diana, memumpuk keyakinan pelaku usaha bahwa perekonomian Indonesia dan Jakarta akan kembali positif pada kuartal kedua tahun 2021. Hanya saja, dia menggarisbawahi, perlu adanya tren perbaikan dari upaya penanganan Covid-19 di tengah masyarakat.

“Pelarangan Mudik tahun ini mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Kami berharap kondisi ini tetap stabil dan tidak memicu terjadinya Tsunami Covid-19 di Indonesia,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper