Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penurunan Muka Tanah, Menteri Basuki Imbau Warga DKI Jakarta Tak Gunakan Air Tanah

Air tanah itu kan mengisi pori-pori pasir. Jadi kalau air tanahnya disedot, pori-porinya kosong. Kalau pori-porinya kosong dan terkena beban jadi turun permukaan tanahnya
Warga berjalan di atas jembatan kayu di perkampungan nelayan Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (31/7/2021). Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memperkirakan wilayah Jakarta bagian Utara akan tenggelam akibat faktor perubahan iklim, eksploitasi air tanah hingga kenaikan permukaan laut karena pencairan lapisan es akibat pemanasan global./Antara
Warga berjalan di atas jembatan kayu di perkampungan nelayan Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (31/7/2021). Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memperkirakan wilayah Jakarta bagian Utara akan tenggelam akibat faktor perubahan iklim, eksploitasi air tanah hingga kenaikan permukaan laut karena pencairan lapisan es akibat pemanasan global./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menghimbau agar masyarakat Jakarta menghentikan atau mengurangi penggunaan air tanah untuk mengurangi penurunan permukaan tanah di Ibu Kota.

Dia menuturkan, isu mengenai tenggelamnya Jakarta telah lama dibahas. Sejumlah kajian pun menyebutkan bahwa Jakarta terus mengalami penurunan permukaan tanah hingga 10–12 centimeter per tahun.

“Jadi Jakarta tenggelam itu kan sudah lama jadi diskusi, karena ada datanya di Jakarta Utara yang turun 10–12 centimeter, itu yang paling parah,” ujarnya, Selasa (5/10/2021).

Kawasan Pluit, di Jakarta Utara, merupakan wilayah dengan penurunan muka tanah paling parah. Pasalnya, mayoritas masyarakat di kawasan yang dekat dengan laut itu masih memanfaatkan air tanah.

“Itu kenapa? selain tanahnya konsolidasi juga, dan karena banyaknya air tanah yang diambil. Kalo air tanah itu kan mengisi pori-pori pasir. Jadi kalau air tanahnya disedot, pori-porinya kosong. Kalau pori-porinya kosong dan terkena beban jadi turun permukaan tanahnya,” katanya.

Pemerintah pun terus mengimbau masyarakat untuk mengurangi eksploitasi dan penggunaan air tanah. Hal itu sebagai salah satu upaya untuk mencegah agar Jakarta tidak tenggelam.

Menurutnya, sejumlah negara seperti Bangkok di Thailand dan Tokyo di Jepang juga telah mengambil kebijakan mencegah penggunaan air tanah.

Hal itu dikarenakan air di dalam tanah sangat penting dan berfungsi untuk mengisi rongga tanah yang kosong.

Dia menjelaskan, untuk menghentikan pengambilan air tanah tentu harus diiringi dengan stok air bersih yang merata untuk masyarakat, yaitu dengan cara penyediaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).

Hingga saat ini, sumber air bersih  di Jakarta hanya berasal dari satu waduk di Tarum Barat, namun tidak cukup untuk memberikan akses air bersih ke seluruh warga Jakarta

"Harus ada suplai air yang cukup dulu di Jakarta, baru bisa regulasi atau pak Gubernur DKI Jakarta bisa bilang setop penggunaan air tanah. Makanya, kami buat waduk di Karian, Banten untuk suplai air minum di Tangerang dan Jakarta, juga ada di Jatiluhur 1 dan Jatiluhur 2,” tutur Basuki.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper