Pekan lalu “twitland” Tanah Air dihebohkan dengan bergabungnya Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di situs microblogging Twitter. Akun @SBYudhoyono yang muncul sejak 13 April lalu dengan status verified pun ramai diperbincangkan para pengguna Twitter.
Ada yang menyambut baik, namun ada pula yang sinis. Terlebih tweet pertama sang pamilik akun tak segera muncul meski sudah beberapa jam berselang sejak kemunculannya. Tak sedikit pula yang iseng menjadikan tweet pertama SBY sebagai ajang tebak-tebakan bahkan kuis.
Rumor tak sedap juga sempat muncul lantaran akun sudah terverifikasi yang ditandai dengan lencana biru di tampilan akun. Ada yang menuding hal itu didapat dengan cara membayar. Namun belakangan tudingan itu ditepis pejabat terkait.
Mengacu pada keterangan Twitter, akun terverifikasi dibuat agar memudahkan identifikasi sumber terpercaya dan terlegitimasi. Twitter menegaskan pihaknya terus melakukan verifikasi dengan fokus pada pengguna di bidang musik, akting, fashion, pemerintahan, politik, agama, jurnalistik, media, bisnis dan sejumlah bidang lainnya.
Akun dari “orang biasa saja” dipastikan tidak akan mendapat lencana itu. Orangtua salah satu pendiri Twitter Jack Dorsey bahkan belum mendapat status verified, meski sudah meminta berkali-kali.
Tweet @SBYudhoyono akhirnya muncul sekitar pukul 17.25 WIB di hari yang sama. Bunyinya “Halo Indonesia. Saya bergabung ke dunia twitter untuk ikut berbagi sapa, pandangan dan inspirasi. Salam kenal. *SBY*.” Tweet pertama itu juga memicu berbagai reaksi.
Terlepas dari semua dinamika tersebut, kini SBY telah masuk dalam “jajaran elit” akun di Twitter. Jumlah pengikutnya mungkin belum sebanyak petinggi negara lain yang telah lebih dahulu menggunakan Twitter. Sebagai contoh, akun Twitter Presiden Amerika Serikat @BarackObama kini memiliki pengikut lebih dari 29 juta.
Menurut analisis lembaga peneliti Digital Daya dalam laporannya World Leaders on Twitter, berdasar data Digital Policy Council (DPC) hingga Desember 2012 lalu terdapat 123 petinggi negara dari 164 negara yang memiliki akun Twitter. Ada yang menggunakan nama sendiri namun ada juga yang menggunakan nama lembaganya. Jumlah itu naik 78% dibanding tahun sebelumnya di mana baru terdapat 69 petinggi negara dari 164 negara yang memiliki akun Twitter.
Menurut DPC, sebanyak 61% negara yang masuk dalam daftar tersebut berada dalam kondisi politik yang stabil. Hal itu bermakna petinggi negara setempat cukup percaya diri dengan kepemimpinannya dan mendapat legitimasi politik meskipun dia berada di negara penganut demokrasi, autokrasi dan monarki.
Meski begitu jumlah tersebut ternyata lebih sedikit dibanding 2011 di mana sebanyak 80% negara yang ngetweet berada dalam kondisi politik yang stabil. Dari catatan DPC terdapat sebanyak 42 negara pengguna Twitter berstatus “nondemokrasi” pada 2012, lebih tinggi dari sebelumnya yang banya 16 negara.
Pada 2012 tercatat sebanyak 87% dari negara demokrasi juga memiliki pemimpin yang menggunakan Twitter. Namun masih ada sejumlah negara yang mengangap sosial media adalah ancaman. Negara-negara tersebut umumnya berada dalam kondisi politik tidak stabil.
Direktur lembaga survei media sosial Politicawave.com Yose Rizal mengatakan kemunculan SBY di ranah media sosial bisa membawa dampak baik bagi partainya termasuk saat menghadapi Pemilu 2014 mendatang. “Paling tidak sekarang ini itu bisa mengalihkan topik pembicaraan dari sebelumnya tentang masalah yang menimpa partai ke hal lain,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (16/4/2013).
Dalam ranah politik, kata Yose, media sosial saat ini cukup penting artinya dalam kapasitas penggalangan massa dan pencitraan. Dia mengatakan selama ini Politicawave.com sudah menganalisis lima pemilihan kepala daerah di Indonesia. Rata-rata pemenangnya adalah mereka yang bisa menjalin komunikasi positif dengan netizen alias pengguna Internet.
Rata-rata kandidat yang menang Pilkada, menurut analisis Politicawave adalah mereka yang kuantitas dan kualitas komunikasinya di media sosial cukup baik. Mereka dapat menampilkan “brand” yang positif dan akhirnya menyebar secara viral di kalangan pengguna media sosial.
Dia berharap kehadiran SBY di media sosial dapat menjembatani hubungan yang lebih dekat antara pemerintah dan masyarakat. Selama ini, kata dia, masyarakat aktif menyampaikan keluhan-keluhan langsung melalui media sosial. “Presiden dan timnya tentu harus merespons itu dengan baik,” imbuh dia.
Yose menambahkan, Twitter saat ini adalah salah satu media sosial yang cukup ampuh. Meski dengan karakter terbatas, namun Twitter bisa menjadi pusat informasi yang kaya lantaran banyak tautan yang bisa disertakan. Dia menilai Twitter cukup tepat jika digunakan untuk berkomunikasi dengan khalayak ramai. “Tapi yang perlu diingat media sosial adalah media suara, tidak bisa dikontrol,” imbuh dia.