BISNIS.COM, JAKARTA-Dampak penaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sudah dirasakan oleh masyarakat. Mulai dari kenaikan tarif angkutan umum secara sepihak sampai dengan kenaikan kebutuhan rumah tangga seperti gas 3 kilogram.
Eka, warga Perdatam Jakarta Selatan mengakui adanya kenaikan harga angkutan kota (angkot), metro mini sampai ojek. Angkot dari stasiun Kalibata sampai ke Perdatam naik 30% atau Rp1000, dari biasanya Rp2.000-Rp3.000.
"Awalnya saya kasih Rp2.000, abangnya bilang naik jadi Rp3.000. Gue kasih aja daripada ribut," ujar karyawan swasta di Jakarta Timur tersebut, Senin (24/6/2013).
Pengojek sepeda motor memasang tarif lebih gila. Misalnya dari Perdatam sampai Tugu Pancoran, sebelum penaikan harga BBM tarifnya Rp7.000, sekarang naik jadi Rp10.000 atau selisih Rp3.000, padahal selisih kenaikan premium hanya Rp2.000.
"Biasanya minta kembalian dikasih, tapi sekarang nggak dikasih. Pas diminta katanya bensin naik, ojeknya jadi Rp10.000," ujarnya.
Eka memahami penaikan tarif antara Rp500 - Rp1.000 tapi kalau melebihi nominal kenaikan harga premium sudah tidak bisa ditolerir. Meski sedikit kesal, dia tetap membayar sesuai permintaan tukang ojek.
Ari, warga Bogor yang bekerja di Jakarta Pusat belum merasakan kenaikan tarif kereta listrik commuter line, tetap Rp9.000. Yang baru terasa adalah tarif metro mini yang semula Rp2.000 menjadi Rp2.500 atau naik 25%. "Kalau kereta Bogor-Jakarta tetap Rp9.000".
Selain kenaikan tarif angkutan umum, harga gas 3 kgjuga ikut naik. Ari yang memiliki warung di Bogor mengatakan agen gas memasang tarif Rp14.500 atau naik Rp500. Dijual kepada konsumen menjadi Rp16.500.