Bisnis.com, JAKARTA - Yayasan Pelestarian Kota Tua menargetkan realisasi awal dari program revitalisasi kawasan Kota Tua dimulai pada Maret 2014. Pembenahan akan dimulai pada area Taman Fatahilah.
Promotor Yayasan, yang juga adalah Direktur Utama Jababeka, Setyono Djuandi Darmono mengatakan telah merencanakan tahap awal revitalisasi tersebut.
"Kita akan berbuat sesuatu dalam tempo enam bulan ke depan, supaya ada wujud. 1 Maret sudah harus ada bukti. Sudah ada wujud. Pokoknya, saat itu pak Gubernur DKI launching," katanya di Jakarta, Kamis (19/9).
Menurutnya, revitalisasi kawasan wisata tersebut akan dimulai dengan pembenahan taman Fatahilah sebagai area yang paling menarik dan paling mudah dipertontonkan.
Setelah itu, dia menyebutkan revitalisasi akan dilakukan secara menyeluruh meliputi penyediaan tempat parkir, pembersihan kali dan pembenahan infrastruktur sehingga kawasan tersebut menjadi lebih hidup.
"Daerah kumuh juga harus dibenahi. Dibagusin supaya orang asing mau datang, sehingga jika ke Indonesia tidak mesti ke Bali dulu," jelasnya.
Dia menilai revitalisasi kawasan Kota Tua akan memberikan efek domino bagi peningkatan pengembangan kota Jakarta. Oleh karena itu, ujarnya, diperlukan sebuah masterplan yang terintegrasi dengan seluruh wilayah Ibukota.
"Nah pertama harus benahi dulu Kota Tua. Namun masterplannya campur dengan seluruh Jakarta, sebab tidak bisa sepotong-sepotong. Harus terintegrasi penuh," ujarnya.
Terkait dengan alokasi dana, dia menyebutkan dana revitalisasi kawasan akan mencapai triliunan rupiah. Kendati begitu dia belum mau menyebutkan berapa besaran nilai pasti dananya.
Adapun, rentang waktu revitalisasi kawasan diperkirakan mencapai 15 tahun.
"Biasanya untuk revitalisasi kota perlu waktu minimum 15 tahun. Untuk Kota Tua sendiri," jelasnya.
Lebih lanjut, Darmono menjelaskan Yayasan Pelestarian Kota Tua merupakan konsorsium yang dibentuk pihak swasta atas arahan dari Gubernur DKI Joko Widodo untuk membenahi kawasan wisata tersebut.
"Kami menerima surat langsung dari Gubernur DKI Joko Widodo untuk membentuk konsorsium untuk membantu DKI, terutama untuk kontak dengan konsultan dan untuk perencanaan awal," katanya.
Dia menyebutkan penanganan yang seharusnya menjadi bagian dari tugas pemprov DKI ini dikerjakan oleh pihak swasta sebagai suatu tanggung jawab sosial.
Terkait dengan anggota yang tergabung dalam yayasan, dia menyatakan akan terdiri dari banyak pihak. Kendati enggan menyebutkan anggota, Darmono menyebutkan saat ini anggota yayasan tersebut masih terdiri beberapa pengembang.
"Nanti kita cari sebanyak mungkin yang bisa nyumbang. Tapi kita kecil-kecilan dulu, supaya tidak terlalu banyak pendapat," imbuhnya.
Sebelumnya, pengelola kawasan Kota Tua Jakarta memproyeksikan kebutuhan anggaran program revitalisasi empat zona wilayah di lokasi tersebut berkisar Rp5 miliar—Rp7 miliar per tahun.
Alokasi anggaran penataan kawasan Kota Tua tersebut berdasarkan identifikasi dan karakter morfologi sejumlah titik yang akan ditata dan dikembangkan.
Dengan dana tersebut, penataan kawasan di Kota Tua Jakarta dilakukan secara bertahap mengacu pada sistem zonasi yang telah ditetapkan.
Zonasi kawasan Kota Tua ini mencakup, zona satu sekitar wilayah Sunda Kelapa dengan fokus penataan sebagai kawasan bahari, perkampungan etnik, dan pergudangan, termasuk di dalamnya daerah di sekitar Museum Bahari.
Zona dua mencakup kawasan di sekitar taman Fatahillah dengan karakter bangunan tua yang memberi fungsi baru sebagai museum, industri kreatif, dan fungsi campuran. Titik zona dua ini meliputi pula Museum Sejarah Jakarta atau yang dikenal dengan Museum Fatahillah.
Sementara, zona tiga dalam perencanaan revitalisasi kawasan ini mencakup daerah Pecinan dengan karakter budaya etnik kaum Tionghoa, dan zona empat meliputi wilayah di sekitar Pakojan.