Bisnis.com, JAKARTA - Asian Development Bank (ADB) mengusulkan pendekatan land value capture (LVC) untuk mengembangkan kawasan transit oriented development (TOD) di DKI Jakarta.
Untuk diketahui, LVC adalah suatu pendekatan dimana pemerintah menciptakan meningkatnya nilai suatu lahan melalui berbagai program yang meningkatkan aksesibilitas dari suatu lahan atau melalui regulasi.
Setelah nilai dari suatu lahan berhasil ditingkatkan, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk memperoleh hasil dari nilai tambah yang dihasilkan oleh lahan tersebut.
Selanjutnya, hasil yang diterima melalui kebijakan berpendekatan LVC digunakan untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur serta untuk mengatasi implikasi negatif yang ditimbulkan oleh infrastruktur.
Berdasarkan laporan ADB, aksesibilitas yang terbangun melalui banyaknya moda transportasi umu yang berhenti di Dukuh Atas menyebabkan nilai lahan di kawasan tersebut meningkat.
Harga rata-rata lahan di kawasan Dukuh Atas meningkat 38,4% antara 2015-2018 dari Rp41,8 juta per meter persegi menjadi Rp57,8 juta per meter persegi.
Baca Juga
Sebagai perbandingan, kawasan Harmoni yang hanya dilewati oleh Bus TransJakarta hanya mengalami peningkatan sebesar 14,3% dari Rp13,7 juta per meter persegi menjadi Rp15,7 juta per meter persegi dalam rentang waktu yang sama.
Melalui studi tersebut, ADB menyimpulkan peningkatan aksesibilitas melalui transportasi umum berbasis rel mampu mendorong peningkatan nilai lahan dan penerapan LVC.
"LVC mampu menciptakan perpindahan manusia yang lebih efisin, menekan subsidi, dan menciptakan ruang fiskal," kata VP of Knowledge Management and Sustainable Development ADB Bambang Susantono, Senin (15/4/2019).
Hingga saat ini, baru PT MRT Jakarta yang mendapatkan amanah dari Pemprov DKI Jakarta untuk mengelola kawasan TOD. Hal in tertuang dalam Pergub No. 140/2017 tentang Penugasan PT MRT Jakarta Sebagai Operator Utama Pengelola Kawasan TOD Koridor Fase 1 MRT Jakarta.
Adapun kawasan TOD yang dimaksud adalah Kawasan TOD Bundaran HI, Dukuh Atas, Setiabudi, Bendungan Hilir, Istora, Senayan, Blok M, dan Lebak Bulus.
Pengembangan TOD ditugaskan kepada PT MRT Jakarta dimaksudkan agar menjadi sumber pendapatan non-fare box dan memberikan nilai tambah bagi kawasan.