Bisnis.com, JAKARTA — Setelah sekian lama lebih memilih bepergian dengan sepeda motor, kemarin malam saya memutuskan pulang kerja dengan Transjakarta rute Blok M—Kota. Tapi, malam itu rasanya ada sesuatu yang hilang, walaupun saya sendiri masih belum sadar betul apa yang berbeda.
Akhirnya, saya baru ingat setelah kebablasan dari halte tujuan saya di Dukuh Atas. Perasaan kehilangan yang menghinggapi diri, ternyata rasa sepi, tepatnya akibat tak ada lagi petugas yang mengingatkan penumpang terkait halte yang akan disinggahi bus.
Perasaan hilang ini menguat ketika saya akan turun di halte berikutnya. Kebetulan, karena tak ada lagi petugas yang memberi aba-aba 'hop' atau 'setop' ke sopir, bus tak berhenti tepat di pintu halte.
Setelah turun pun, tak ada lagi ucapan perpisahan seperti 'terima kasih' atau 'periksa barang bawaan dan hati-hati langkahnya' yang biasa saya dengar. Beruntung, tak ada kendala lain yang saya temui ketika menumpang bus kembali ke Dukuh Atas.
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Agung Wicaksono mengonfirmasi bahwa uji coba sistem pengarah perjalanan digital atau wayfinding sudah diterapkan di koridor 1 Transjakarta rute Blok M—Kota sejak 6 November 2019.
"Sudah dilakukan juga untuk Transjakarta koridor 6 dan koridor 13, berdasarkan hasil positif dan evaluasi bersama dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta," ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (17/12/2019).
Baca Juga
Wayfinding merupakan suatu sistem yang diharapkan mampu memberikan pelayanan kepada penumpang, tanpa harus ada petugas pengarah perjalanan.
Pelanggan setia bus kota yang akrab disapa TJ ini pun pasti sudah familier dengan wayfinding yang selalu menginformasikan halte terdekat lewat pengeras suara, karena memang telah dipasang perusahaan sejak lama.
Kepala Divisi Sekretaris Korporasi dan Humas PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) Nadia Diposanjoyo menjelaskan latar belakang uji coba ini, yaitu upaya untuk menanamkan budaya mandiri bertransportasi untuk penumpang Transjakarta.
"Kegiatan ini kami angkat untuk mulai bisa mensejajarkan kegiatan bertransportasi umum layaknya di negara maju lain. Dengan membiasakan mandiri bertransportasi, dapat mengasah kepekaan terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar," jelasnya kepada Bisnis, Rabu (18/12/2019).
Nadia menambahkan bahwa pihaknya mendapatkan respon positif dari masyarakat dan komunitas pencinta TJ. Inilah yang membuat perusahaan berani mengambil langkah perluasan uji coba, bahkan mewacanakan kemungkinan menghilangkan petugas pengarah di seluruh bus TJ.
"Untuk koridor 1, pelanggan yang sudah terbiasa naik TJ sehingga sudah siap untuk mandiri. Tentunya, kami akan terus evaluasi dan melakukan perbaikan dan pemenuhan segala kebutuhan wayfinding yang dibutuhkan," tambahnya.
Terkait sumber daya manusia (SDM) petugas bus eksisting, Nadia menegaskan tak akan ada pengurangan petugas. Rencananya, petugas pengarah dalam bus yang telah eksis akan dioptimalkan sebagai petugas halte.
Harapannya, petugas bisa lebih fokus melayani pelanggan berkebutuhan khusus sejak memasuki halte. Bahkan, petugas akan ditambah kapasitas pelayanannya lewat pelatihan dan pengarahan evakuasi, supaya lebih siap apabila terjadi keadaan darurat.
"Tugasnya [petugas] di halte agar dapat membantu mengatur arus dan memberikan informasi kepada pelanggan, karena koridor dan jalur sudah pasti. Kedua, petugas tentunya dapat lebih memperhatian pelanggan untuk masuk ke bus, mencarikan tempat duduk prioritas bagi pelanggan berkebutuhan khusus seperti lansia. Petugas keamanan pun tetap ada dan mengecek di setiap pemberhentian," jelasnya.
Terakhir, PT Transjakarta berkomitmen melengkapi berbagai keperluan membantu konsumen mandiri bertransportasi, lewat menerima berbagai masukan dan sosialisasi kepada pelanggan.
Nadia menginformasikan bahwa terkait hal ini, pihaknya telah memberikan mekanisme pelaporan kejadian tak terduga untuk penumpang TJ, yakni melalui tombol yang ada dalam bus, melapor ke pramudi, melaporkan ke call center 1-500102, atau melapor ke petugas halte terdekat.
Harapannya, penerapan teknologi wayfinding tak mengurangi pelayanan TJ terhadap para pelanggan. Justru, dengan berkomplemen dengan manusia, teknologi senantiasa melengkapi pelayanan transportasi massal menjadi semakin optimal.