Bisnis.com, JAKARTA - Hidup susah di zaman wabah Covid-19 membuat kondisi yang harus dihadapi menjadi bertambah berat.
Seorang petugas keamanan yang terdampak Covid-19 terpaksa harus kehilangan pekerjaan dan penghasilan untuk menghidupi keluarganya.
Akibat desakan ekonomi, Sutrisna, demikian nama sang bapak, terpaksa terpaksa menggadaikan Kartu Jakarta Pintar (KJP) milik anaknya. Hasil gadai KJP digunakan Sutrisna untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.
Bapak empat anak itu mengaku sejak tiga bulan lalu di-PHK dari pekerjaannya sebagai petugas keamanan. Pabrik tempatnya bekerja mengurangi karyawan akibat pandemi Covid-19.
"Keadaan susah, gaji enggak dapat. Terus saya dan istri ke tempat langganan belanja yang biasa pake KJP, tapi mau pinjam uang Rp500.000," ujar Sutrisna di rumahnya di kawasan Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (15/7/2020).
Di toko tersebut, Sutrisna berniat menggadaikan STNK motornya. Namun pemilik toko enggan menerima STNK Sutrisna lantaran mengetahui motor tersebut satu-satunya harta berharga Sutrisna.
Baca Juga
"Akhirnya saya titipkan saja KJP anak saya. Bukan niat menggadaikan, karena PIN-nya saja saya tidak kasih," ujar Sutrisna.
Namun, kemalangan tak jua berhenti.
Pada awal Juni, saat berniat mengembalikan pinjaman, pemilik toko mengatakan KJP anak Sutris dirampok sekelompok orang.
"Katanya pemilik toko sudah habis uang hampir Rp100 juta untuk menebus KJP tersebut," kata Sutrisna.
Belakangan Sutrisna baru mengetahui jika pemilik toko itu menjadi korban pemerasan orang yang mengaku sebagai polisi dan wartawan.
Pemilik toko perlengkapan sekolah itu menjadi korban pemerasan karena adanya ratusan KJP yang dia simpan.
Sutrisna mengatakan pemilik toko bukan rentenir karena tidak memberikan bunga atas pinjaman tersebut dan murni memberi pinjaman untuk mencari langganan.
Sutrisna berharap pemerintah tidak mencabut hak penerimaan KJP milik anaknya.
Sutrisna, yang mengontrak di kamar seluas 4x3 bersama keluarga, memerlukan KJP untuk keperluan sekolah anaknya.
"Saya saat itu benar-benar buntu. Saya sama sekali tidak ada uang pegangan untuk membiayai lagi hidup keluarga, sedangkan harta benda tidak punya," keluh Sutrisna.