Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Pembinaan Badan Usaha Milik Daerah (BP BUMD) DKI Jakarta Riyadi membeberkan bahwa perusahaan pembangkit listrik Fortum Power Heat and Oy asal Finlandia mengudurkan diri dari proyek Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter.
Kabar itu disampaikan Riyadi menyusul manuver PT Jakarta Propertindo (Jakpro) yang tengah mencari mitra baru untuk pengerjaan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di wilayah Jakarta Utara itu.
“Jakpro saat ini mau mencari partner baru. Alasannya, partner lama mungkin, karena mundur, yang pertama kan Fortum,” kata Riyadi kepada Bisnis, Selasa (1/6/2021).
ITF Sunter sudah di-groundbreaking sejak 20 Desember 2018. Proyek ITF itu memerlukan dana sebesar US$250 juta dan dikerjakan bersama dengan Fortum Power Heat and Oy, perusahaan yang bergerak di sektor pembangkit listrik dari Finlandia.
Sebelumnya, PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yaitu Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter mendapatkan fasilitas pendanaan dari International Finance Corporation (IFC) yang merupakan bagian dari Bank Dunia.
Project Director ITF Sunter PT Jakpro Aditya B. Laksana menerangkan bahwa sumber pendanaan dari pembangunan ITF Sunter bersumber dari IFC sendiri, pinjaman sindikasi, dan concession fund dengan bunga rendah.
Baca Juga
"Pada ujungnya kita ingin mendanai dengan sumber pendanaan yang paling dan optimal," ujar Aditya kepada Bisnis, Kamis (27/6/2019).
Berdasarkan studi kelayakan, ITF Sunter diprediksi dapat mengolah sampah sebanyak 720.000 ton setiap tahunnya dan mampu menghasilkan listrik sebesar 35 MW setiap hari atau 280.000 MW per tahun. Untuk melaksanakan proyek tersebut, PT Jakpro bersama dengan Fortum telah membentuk PT Jakarta Solusi Lestari (JSL) selaku anak usaha yang akan diberikan mandat untuk mengelola ITF tersebut.
Pembentukan perusahaan patungan tersebut sudah diamanatkan dalam Peraturan Gubernur (Pergub) No. 33/2018.
Pada saat pendirian perusahaan, PT Jakpro bakal memiliki 20 persen dari perusahaan patungan, sedangkan 80 persen dimiliki oleh Fortum yang memiliki teknologi dan pendanaan untuk pengembangan ITF.
Kepemilikan JSL saat proses konstruksi yakni 44 persen untuk Jakpro dan 56 persen untuk Fortum. Setelah ITF Sunter terbangun, JSL akan menjadi pemegang saham mayoritas dengan skema Build Operate Transfer selama 25 tahun.
Berdasarkan IFC Project Information Portal, proyek ini akan mulai dikerjakan pada akhir 2019 atau kuartal 1 2020. Adapun proyek ini ditargetkan selesai pada Maret 2022.