Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menemui para demonstran di depan Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (14/10/2022). Dia kemudian meminta massa yang tergabung dalam Koalisi Perjuangan Warga Jakarta (KOPAJA) tersebut duduk bersama.
"Pertama saya sampaikan, terimakasih. Terimakasih kepada teman-teman semua yang telah memilih untuk memikirkan warga Jakarta terimakasih telah memperjuangkan warga Jakarta," kata Anies di depan massa demonstran di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (14/10/2022).
Menurut Anies hal tersebut merupakan tanggungjawab moral yang tidak kecil. Dia kemudian menyinggung soal pencabutan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 207 tahun 2016 tentang Penertiban Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin Yang Berhak (Pergub 207/2016) yang menjadi salah satu tuntutan.
"Pergub 207, seperti bapak dan Ibu tahu, sedang dalam proses di Kementerian Dalam Negeri. Betul ketentuan ada di tangan Gubernur, tetapi administrasinya yang mengharuskan ada proses di Kemendagri. Itu administrasinya," paparnya.
Sementara itu, untuk masalah lain, Anies menyakinkan bahwa dirinya dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan terus menyelesaikannya satu per satu.
"Kita mengikhitiarkan apa yang dijanjikan dan kita mengkhitiarkan, sempurna tentu tidak. Dan saya menghormati keputusan saudara-saudara untuk mengambil sikap ABCD, kepada kami kepada Pemprov, itu adalah hak konstitusi dari Anda," katanya.
Baca Juga
Di sisi lain, Perwakilan KOPAJA, Aldi menyebutkan bahwa Anies tidak becus dalam menyelesaikan masalah di DKI Jakarta. Salah satunya soal banjir di mana Gubernur DKI Jakarta tersebut menyebutkan bahwa kapasitas drainase kurang.
"Soal banjir, bapak selalu nyalahin hujan. Tapi bapak enggak pernah berpikir kenapa bisa banjir. Air harusnya diserap tanah, tapi run off Jakarta hanya 10 persen, drainase 100 milimeter per hari. Hujan, ya memang hujan. Jadi bapak enggak bisa nyalahin hujan," kata Aldi.
Dia kemudian menyinggung bahwa masalah banjir telah menimbulkan korban jiwa. Bahkan menurutnya di bawah kepemimpinan Anies terdapat 55 korban meninggal akibat banjir.
"Memang bapak tidak becus mengurus Jakarta sampai 55 orang meninggal. Bapak lebih suka menyebutkan 'banjir zaman saya lebih mudah, cuma 6 jam lebih baik dari sebelumnya.' Bapak enggak pernah menangkap bahwa ada 55 orang meninggal karena banjir," ungkapnya.
Adapun 9 permasalahan lain yang menjadi tuntutan KOPAJA antara lain:
1. Buruknya kualitas udara Jakarta yang sudah melebihi Baku Mutu Udara Ambien Nasional (BMUAN)
2. Sulitnya akses air bersih di Jakarta akibat swastanisasi air
3. Penanganan banjir Jakarta belum mengakar pada beberapa penyebab banjir
4. Ketidakseriusan Pemprov DKI Jakarta dalam memperluas akses terhadap bantuan hukum
5. Lemahnya perlindungan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil di Teluk Jakarta
6. Hunian yang layak masih menjadi masalah krusial
7. Penggusuran paksa masih menghantui warga Jakarta
8. Belum maksimalnya penanganan COVID-19 serta dampak sosialnya
9. Ketidakseriusan Pemprov DKI Jakarta dalam melindungi penyandang disabilitas